Dari 187 pesan SMS (Message Inbox di FB) yang masuk ke Inbox saya sebagian besar adalah keluhan leher yang tengeng karena harus dalam posisi miring untuk dapat melihat clip “Gendhuk” Genk Kobra & beberapa pertanyaan menyangkut maksud dari tulisan yang ada di video clip Gendhuk (Genk Kobra) yang tertera di akhir Video dan apa hubungannya dengan lagu Gendhuk, Tulisan itu berbunyi :
Kebon Mlinjo dadi Alas-an Dalane Mentok – utawi – Lakune Menthok Menopo Tapake Mentaok - Asal mboten amargi Montok.
Sejujurnya saya bingung dari mana saya harus memulai untuk menjelaskannya. Karena ini hanya latihan saya untuk menyampaikan pesan serta cara membaca sesuatu dari beberapa sudut yang berbeda. Dan semuanya sah-sah saja .karena setiap manusia mempunyai sudut pandangnya sendiri sendiri.........
Ada beberapa sudut yang ingin disampaikan dari tulisan tersebut.
Sudut pertama : Semua ini hanyalah masalah tempat, sebuah Kebun Mlinjo yang terletak di pojok sebuah wilayah, dari satu arah, jalannya memang sudah mentok di kebon itu. Meskipun ada jalan lain dari kebun itu menuju kearah yang berbeda. Disitu tinggal seorang perempuan dan ada beberapa menthok (Unggas) sebagai peliharaannya. Dan kebetulan sesuai cerita/sejarahnya.. disitulah bekas Hutan Mentaok. Cikal bakal kerajaan Mataram Islam.
Sudut Kedua : Kebon Mlinjo dadi Alasane ... Kebo ijo dan Ki Pengalasan akhirnya harus mati dikhianati oleh temannya sendiri (mentok jalan hidupnya) sebagai martir jalannya sejarah pararaton yang berujung hingga mataram di alas mentaok. Diceritakan dalam sejarah keris empu Gandring dan Ken Dedes. (mungkin saya agak ngoyo woro, tapi monggo bagi ahli sejarah mungkin lebih tahu kisahnya.)
Sudut Ketiga : Mari kita coba merangkai beberapa kata dari kalimat tersebut diatas yang bermakna hampir sama, yaitu Dalan, Laku, Tapak, Margi.... Maka akan terangkai seperti ini : Dalaning Laku, Tapak ing Margi. Setiap langkah kita dibumi ini, akan menimbulkan bekas/tapak di tanah. Setiap perbuatan kita pasti akan tercatat, dan menjadi sejarah yang akan dibaca oleh generasi selanjutnya,
Mengambil Hikmah dari berbagai sudut.
Dari sudut I dan 2 kita mendapatkan informasi Tempat dan Cerita Dari Sudut ketiga kta menemukan Jalan.
“Dalaning Laku dadi Tapak ing Margi “ dapat kita bagi menjadi dua “Dalaning laku” memakai bahasa Ngoko & “Tapak ing Margi” memakai bahasa kromo
Sebagaimana dengan Ngoko yang digunakan untuk umum dan Kromo digunakan khusus, maka kalimat “Dalaning Laku dadi Tapak ing Margi pun” juga mengandung makna dengan dua pemahaman, yang satu pemahaman umum dan yang satu pemahaman yang hanya difahami oleh orang-orang yang khusus juga.
Bagi mereka yang beragama, laku hidup manusia meski baru berupa sebuah niat dalam hati akan selalu dicatat oleh malaikat. Dan semua akan dipertanggung jawabkan secara pribadi dihadapan Tuhannya. Sementara bagi mereka yang tidak beragama, semua akan tercatat minimal di relung hatinya sendiri dan dimata orang lain.
“Dalaning Laku dadi Tapak ing Margi “ Sebuah petunjuk jalan.
Setelah kita tahu bahwa setiap laku hidup kita di dunia ini akan tercatat dan akan dibaca oleh generasi berikutnya, setiap dari kita tinggal memilih. Apakah hidup ini akan kita isi dengan kebencian, sirik, tamak, dengki, munafik dll??? inilah jalan kesengsaraan.. Atau akan kita isi dengan rasa syukur, kasih sayang, pemaaf, jujur, ikhlas dll...??? Inilah jalan kemuliaan. Dan semua pasti dengan konsekuensi hadiah dari jalan yang dipilih.
Bagi yang memilih jalan kesengsaraan, maka jalan ini tidak begitu sulit, meski juga harus belajar pada ahlinya untuk menguasainya dengan tepat.
Bagi yang memilih jalan kemuliaan, maka teruslah berjalan menuju tujuanmu dan janganlah kau disibukkan dengan apa yang kau temukan di jalan.
Bagaimana jika dengan terus berjalan lalu muncul orang orang yang salah paham?
Namanya juga “Salah” maka fahamnya jelas salah. Kesalahan mendasar dari kesalah pemahaman seseorang adalah karena orang gampang memvonis segala sesuatu tanpa Thowaf (mencermati masalah dari berbagai sudut). Mereka hanya mendapat informasi dari satu arah/sumber tanpa mencari tahu dari sumber-sumber yang lain, dan biasanya justru takut mencari tahu dari sumber aslinya.
Bagaimana pula menghadapi mereka yang sirik dengan kita?
Berbahagialah jika ada orang-orang yang sirik kepada kamu, karena jelas pasti hidupmu lebih baik dari orang itu, maka orang-orang yang sirik selalu memata-matai kamu, berusaha dengan segala cara untuk menghancurkanmu dan berharap agar hidupmu jadi seperti kehidupan mereka yang dipenuhi dengan ketidakmampuan untuk hidup bahagia. Kegelisahan menyelimuti seluruh sendi hidupnya. Seluruh hari-harinya.selalu memikirkanmu, mereka orang-orang yang disibukkan hidupnya dengan mencari-cari aib orang lain.
Bagaimana Langkah awal yang baik untuk menemukan Jalan kemuliaan itu?
Mulailah melihat dari sudut 180 derajat. Dengan cara yang amat mudah, lihatlah dirimu dalam cermin.
Lalu bagaimana dengan Ikhlas...???
Inilah yang dimaksud dengan Pemahaman yang hanya difahami oleh orang-orang khusus. Sebagaimana sebuah ilmu kadigdayan. Sebuah kehebatan pukulan tidak diukur dari besarnya hantaman seseorang dalam memecahkan sebuah Batu Besar dengan tangannya, namun bagaimana menghancurkan batu tanpa harus menyentuhnya. Atau bagaimana seseorang mampu berjalan diatas air atau tanah tanpa menyentuhnya. Atau dalam falsafah jawa ada “Menang tanpo ngasorake”.
Ilmu Ikhlas melihat “Dalaning Laku dadi Tapak ing Margi” dari sudut yang berbeda. Selama masih menimbulkan tapak/bekas di jalan/margi di beberapa hal dalam menjalani kehidupan, maka dia belum masuk ke wilayah ikhlas. Ikhlas itu ketika laku kita tak menimbulkan bekas apapun yang bisa dilihat oleh manusia. Maka Ikhlas akan selalu menjadi misteri bagi orang lain untuk mengetahui apakah seseorang itu ikhlas atau tidak.
Satu lagi pertanyaan muncul, “apa hubungannya dengan lagu “Gendhuk?”.
Coba dicari jawabannya di sudut pertama atau sudut kedua, namun jika belum ketemu juga, Cobalah cari di sudut kerling mata anda.
Demikian sedikit penjelasan yang bisa saya sampaikan. Tak ada anjuran/saran dan peringatan dalam tulisan ini, agar tidak dikira obat yang harus sesuai dengan anjuran dokter, dan tidak dikira rokok yang selalu diberi peringatan oleh pemerintah.
“Menyapa saudara – Merangkai budaya - Merajut Nusantara” bersama Genk Kobra bukanlah suatu konsep baru. Merajut Nusantara hanya sebuah upaya merangkai kembali tata nilai luhur yang berserakan dalam keseharian hidup bertetangga, bermasyarakat dan berbangsa. Tata nilai yang sudah ada sejak lama tapi sebagian mulai terlupakan, mungkin akibat derasnya arus globalisasi.
Tata nilai yang tersimpan dalam kearifan2 lokal di setiap suku dan kelompok masyarakat pada dasarnya adalah sesuatu yang embed / melekat pada jati diri kita sebagai individu, kelompok masyarakat / suku dan sebagai bangsa yang mendiami kawasan Nusantara.
Kami memahami tata nilai tersebut sebagai sebuah pondasi kehidupan kita untuk saling mengenal satu sama lain. Semakin banyak tata nilai lokal yang terlupakan akan berakibat kepada perubahan perilaku, dan dalam skala yang lebih luas akan berakibat pada perubahan budaya.
“Merajut Nusantara” bersama Genk Kobra adalah lebih pada ajakan untuk lebih melestarikan nilai nilai kearifan lokal yang bersifat immaterial.
Sebut saja budaya sikap toleran sebagai contoh, sikap toleran adalah nilai yang immaterial, dan setiap suku / etnis memiliki sikap toleran terhadap sesuatu dalam batasan batasan tertentu. Akan menjadi persoalan jika batasan batasan tersebut sudah tidak jelas alias kabur dan tidak difahami bersama.
Maka “Merajut Nusantara” bersama Genk Kobra adalah untuk memperjelas identitas, mempertegas batas agar lebih jelas untuk dikenali, dimengerti dan difahami serta dihormati satu sama lain demi sebuah harmoni keberagaman dalam kesatuan sebagai bangsa.
Upaya memperjelas identitas dan mempertegas batas adalah untuk memudahkan kita menyapa saudara guna membuka pintu pintu silaturahmi dengan tata cara yang baik. Jika tetangga kita berasal dari etnis jawa, maka kita akan berusaha memahaminya, menghormatinya juga menyapanya menurut etika orang jawa, jika tetangga kita berasal dari etnis Bugis maka kita akan berusaha memahami, menghormati dan menyapanya menurut etika orang Bugis, demikian seterusnya. Pemahaman dan penghormatan kita pada tata nilai suku asal tetangga tentunya akan memberikan implikasi positif berupa pemahaman terhadap budaya yang bersifat material, misalnya upacara adat, jenis2 makanan / masakan khas daerah, kesenian daerah, tari tarian daerah dst.
Kami yakin identitas yang jelas dan mengakar akan menciptakan karakter dan perilaku yang jelas dan kuat. Ada contoh menarik dari identitas yang jelas dan tegas yang diungkapkan dalam jargon “Ini Medan Bung…!” ( maaf kami tidak tahu pencetus jargon dan asal muasal kalimat tsb). Terlepas dari plus minus penafsiran masyarakat luas terhadap maksud jargon tsb, tetapi kalimat itu telah memberikan gambaran identitas dan karakter juga sekaligus memandu kita untuk memahami dan menghormati kultur saudara saudara kita masyarakat kota Medan.
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang multi etnis juga memiliki tagline yang telah menjadi platform bersama dengan kalimat “BHINEKA TUNGGAL IKA”.Selayaknya ada upaya2 perkuatan lokal untuk mendukung ke-BHINEKA-an itu secara simultan dan berkesinambungan dari berbagai jalur dan sektor. Semangat ke-BHINEKA-an ini telah menjadi inspirasi bagi Komunitas Genk Kobra dalam upaya Merajut Nusantara melalui jalur budaya, bukan jalur lain.
Ada kasus tentang kebudayaan yang menarik dicermati.Ketika kesenian Reog Ponorogo, diklaim oleh bangsa lain, spontan seluruh masyarakat dari berbagai suku dan etnis membela dan menyatakan keberatannya atas klaim tsb, meskipun jelas2 mereka bukan orang Ponorogo. Ini adalah pengakuan terhadap eksistensi Reog Ponorogo yang menimbulkan rasa kebersamaan yang indah.
Semoga suatu saat gerakan “Menyapa Saudara – Merangkai Budaya – Merajut Nusantara” menjadi gerakan bersama masyarakat dan pemerintah. Genk Kobra berharap nilai kearifan lokal, kesenian dan kebudayaan lokal lebih mampu mewarnai dan menjadi tuan rumah didalam kehidupan sehari hari dan dipanggung2 kehormatan di republik ini. Sehingga tercapai rasa yang MAREM SIJI MAREM KABEH - MUKTI SIJI MUKTI KABEH…. Amiin…
Setiap Manusia dilahirkan dengan Hati yang bersih… Bersih bagai Sinar Putih dan terang yang menyinari fikiran manusia yang akan berdampak pada perilakunya di kehidupan bermasyarakat. Seiring berjalannya waktu, maka Laku hidup manusia lah yang seringkali mempengaruhi keberadaan Sinar tersebut. namun Jauh di Lubuk hati manusia yang paling dalam, sinar itu akan tetap menyala. Meskipun berubah ubah intensitasnya… Apakah akan meredup sedikit demi sedikit karena tertutup atau justru semakin terang dan memberi ruang bagi Sinar tersebut untuk menyinari sekitarnya.
Hati Manusia bagai sebuah Modem atau terminal LAN Ilahiyah antara Tuhan dengan hambanya… menjadi jalur komunikasi dan fondasi keyakinan atau keimanan atas kekuasaan Tuhan dan KebesaranNya. Menjadi tempat kita gantungkan segala Do’a dan harapan kita. Semakin kita intens berkomunikasi dan menggunakan jalur komunikasi ini, maka semakin teranglah hati dan fikiran kita.
Dengan permisalan lain, hati manusia bagai sebuah bola lampu pijar yang mendapat suplai listrik dari Tuhannya. Jika selalu kita bersihkan jalur kabel lampu pijar tersebut dari segala hal yang menghambat laju suplai listrik, maka lampu pijar tersebut akan selalu hidup dan menyinari fikiran dan perilaku kita.
Sinar dan Bayangan adalah dua hal yang saling berkaitan satu dengan lainnya sebagai Hukum Alam Sebab Akibat. Bayangan adalah hasil dari Sesuatu yang dibayangkan. Yang terwujud karena ada sinar dari sisi yang lain dari Apa yang dibayangkan. Dan Bayangan akan selalu mengikuti Apa yang dibayangkan dalam bentuk yang berbeda… sesuai posisi sinar yang meneranginya.
Apa yang dibayangkan oleh manusia merupakan Harapan, Mimpi atau Do’a yang menjadi Tujuan dalam menjalani lakon di panggung kehidupan Dunia. Hati yang bersih bagai Sinar, merupakan landasan utama Usaha manusia untuk meraih atau mencapai Tujuan hidupnya. Sementara Hasilnya adalah ujud bayangan yang timbul dari apa yang kita bayangkan (Harapkan).
Setiap orang pasti mempunyai Harapannya sendiri. Dan Jika Kita ingin menemukan atau mendapatkan Bayangannya, semestinya kita harus membuat lampu pijarnya (Hati kita) menyala dan menempatkan Sinar lampu pijar tersebut pada posisi yang tepat sesuai Bayangan yang ingin kita dapatkan dari Harapan/Do’a kita.
Bayangan tak akan kita temukan jika kita tempatkan Hati kita/Lampu Pijar pada posisi sangat tinggi tepat diatas Harapan (Apa yang dibayangkan). Namun Bayangan (Hasil) akan semakin tampak jika kita mau menurunkan sedikit demi sedikit Sinar Lampu Pijar (Hati Kita) kearah sampingnya. Semakin sejajar dengan Apa yang dibayangkan, maka Bayangan akan semakin besar dari Apa yang dibayangkan. Tapi janganlah juga kita tempatkan sinar Lampu Pijar itu pada posisi yang sangat rendah, karena kita justru akan kehilangan Bayangan dari Apa yang kita bayangkan.
Selamat Menata Hati - Meraih Mimpi…
Dan tetaplah Membayangkan Apa yang ingin kita Bayangkan.
Karena Bayangan itu akan selalu setia mengikuti Tuannya… selama Sinar Lampu Pijarnya tidak terhalangi.
“Sejatine Padhang Sumuring Ati”
Semoga Genk Kobra (Jama’ah Kubro/ Persekutuan Raya) akan selalu menjadi Mimpi/Harapan/Do’a saya untuk merajut Nusantara. Dan semoga Tuhan selalu mengingatkan saya untuk selalu menjaga Lampu Pijar (Hati) saya dalam posisi sejajar berdampingan dengan Harapan saya.
KELANGAN ALON-ALON : Pameran Foto yang diselenggarakan Oleh Komunitas Sebelah Mata. bertempat di Bentara Budaya Jogja 24 Juli hingga 30 Juli 2010
Sebuah event Pameran Foto-Foto yang membidik tentang berbagai hal yang mulai menghilang di kehidupan Bangsa kita ini karena tergerus oleh perjalanan waktu.
Bagi Komunitas Genk Kobra Event Ini sangat berarti sekali. karena Event Pameran Foto ini sedikit banyak mampu menggugah rasa dan otak kita agar kembali KELINGAN ALON-ALON tentang Nilai Nilai Luhur dan jati diri Bangsa ini yang mulai luntur berhadapan dengan Arus Globalisasi. dan semoga tidak dilihat dengan Sebelah Mata.
bagi saudara-saudara kita yang kesulitan mendapatkan Album Genk Kobra 2009 "Kembang Lambe" ( Merajut Nusantara) yang menjadi Bonus Novel Kembang Seruni.
Bisa Dipesan Via Online. Rp. 70.000,- (sudah Termasuk Ongkos Kirim Ke seluruh Indonesia). Kontak 0274 373070 / 0274 9172121 (Rita) atau kontak via FB Genk Kobra Interaktif / Genk Kobra Merchandise Online. email genk_comm@yahoo.com