Monday, March 21, 2016

SELASIH



Sak enak enake Dawet sing wis mbok rasakke
Isih kalah enak Dawet Selasih Pasar Gedhe
Cabuk Rambak, Pecel Ndesa, sak Gempol Plerette
Brambang Asem kurang opo nggonku tresno kowe

Sak pait paite Jamu Gendhong Pasar Legi
Isih pait urip Kleweran ra mbok kancani
Nyoto Babat, Sego Liwet, Timlo tak turuti
Thengkleng Wedhus kowe kok yo ora ngerti ngerti

    Gathot... Gendar, Thiwul, Intip, Srabi
    Lentho... Tahu kupat, diCethoti
    Gembus... mung jenenge ra ndongakke
    Tak Oleh olehi telung jinah Sate Kere

Sak panas panase Tahok karo Wedang Ronde
Isih kalah panas ngopi nDomblong nyawang kowe
Balapan Tirtonadi ora umum ramene
Bale kambang Taman jurug nglaras nggo mbayangke

Sak adoh adohe Lokananta Sriwedari
Isih kalah adoh karo angen angen iki
Obat kangen mugo mugo nemu Gethuk Lindri
Pasar Kembang padhang saka esuk awan bengi

Sok-sok Ngangeni... Sok-sok Berseri... Sok-sok Bengawan... Sok dadi Siji.
Weruh Panganan... Eling Sliramu... Bingung kudu nesu, opo kudu ngguyu

Je. L. Santo & Habib Priyatmoko

Friday, January 01, 2016

POHON BERAS


Revolusi Mental

adikku ada-ada saja lagunya
masak nanya enyak tentang pohon beras
nyak begitu tanyanya emang beras ada pohonnya

tersentak aku oleh celotehnya lugu
aku dulu tak pernah begitu
aku jadi terharu

di kecilku dulu
sawah luas selebar jagat
pohon padi daun cincau pernah kucuri

adikku kecil tak lagi alami
bau lumpur nimba kalenan juga tak lagi
jangankan ani-ani pohon padi pun tak ngerti

. : ah, apa begitu perubahan ini
(Pohon Beras, 2009)

Sebuah puisi saya kutip di atas, sebagai pembuka tulisan ini. Puisi yang Saya tulis itu bercerita tentang sebuah generasi yang tak lagi mengenal pohon padi. Apakah ini sebuah ironi? Ironi dari masyarakat kita hari ini. Masyarakat yang konon dikenal sebagai masyarakat agraris, tetapi generasinya hari ini sudah tidak lagi mengenal pohon maha penting dalam kehidupannya. Sebuah pohon yang dahulu pernah membuat kita bangga karena keberhasilan swasembada pangan. Kini tidak semua anak dari generasi hari ini yang betul-betul mengenal pohon ini.

Seberapa penting generasi kita hari ini mengenal pohon-pohon yang begitu melekat dalam kehidupan mereka? Apakah sepenting mereka belajar bagaimana berselancar dengan baik di dunia internet? Atau keberadaannya tidaklah terlalu penting untuk diketahui. Karena mengenalnya adalah symbol ketertinggalan. Tidaklah penting generasi kita tahu apa dan bagaimana pohon ini. Cukup mereka mengerti bahwa beras adalah kebutuhan pokok mereka. Membelinya adalah cara termudah untuk mengonsumsinya.

Generasi kita hari ini, yang tak mengenal apa dan bagaimana pohon ini, rasanya tidak layak memimpin negeri ini. Bagaimana mereka mampu merasakan kebutuhan masyarakat luas bila kebutuhan dasar dari masyarakat dan dirinya sendiri saja, mereka abai. Sulit membayangkan seorang pemimpin masyarakat sama sekali tidak tahu bahwa ia dibesarkan dari pohon ini. Mengenal pohon padi adalah upaya mengenal diri sendiri. Mengenal diri sendiri adalah jalan menemukan sikap mental apa yang hendak dibangun
.
Modernitas dan perubahan mengasingkan  kita pada masa lalu. Kerap kita mengalami amnesia sejarah. Bahwa menemukan masa lalu tidak terlalu penting bagi upaaya untuk maju. Hari ini kebutuhan kita adalah bagaimana tampil sejajar dengan orang lain. Bahkan kalaupun belum sejajar bagaimana caranya disejajarkan. Tidaklah penting cara berpikir seperti apa yang kita gunakan. Tetapi, apa yang bisa kita tampilkan adalah sebuah pencapaian prestasi yang hebat. Meski, untuk itu kita hanya perlu menempelkan cara berpikir kita pada sekelompok masyarakat lain yang kita anggap lebih hebat. Tak penting isi (substansi). Terpenting adalah orasi.

Saya kira salah satu factor penting yang perlu dipikirkan dalam gerakan “revolusi mental” ini bersikap kritis pada hal-hal yang remeh temeh seperti ini. Mengajarkan generasi muda kita mengenal pohon padi bukan pekerjaan yang sia-sia. Mendekatkan mereka pada hal-hal yang sesungguhnya sehari-hari mereka makan, dirasakan dan hadapi adalah pekerjaan kebudayaan yang teramat penting. Ini jauh lebih penting dari sekadar membuat program beasiswa anak-anak penting untuk sekolah ke luar negeri. 

Revolusi mental tidaklah berasal dari ruang kosong. Ia pastinya berlatar kesadaran sejarah. Mau mengerti apa yang seharusnya menjadi bagian dari wilayah kesadaran kolektif jauh lebih penting dari sekadar kesadaran yang bersifat parsial. Karenanya, berbicara revolusi mental pada dasarnya kita sedang berusaha untuk mengerti latar kita terlebih dahulu. Apa dan bagaimana kita di masa lalu. Bagaimana kita berpijak hari ini. Dasar utama dari semua itu adalah kesadaran untuk mencoba melihat dengan jernih masa lalu kita. Memilahnya. Menemukan sesuatu yang berharga. Menjadikannya sebagai modal social kita hari ini.

Saya kira, ke arah sanalah gerak revolusi mental kita bisa dimulai. Seperti tersirat semangatnya dalam sebuah puisi dibawah ini:

ingatanku sedang mencari hulu
agar tepat jalan ke bentang muara
setiap berhenti singgah selalu sempat kupandang
ganggang lumut cere sepat rumput ilalang

di kampungku tak kutemukan laut
kuserahkan saja padamu pengartian gelombangnya
aku sendiri merasa asik saja menganyam jaring
memastikan waktu menangkap ikannya

di tempatku dulu biasa memanggil semut
dengan mantra katelku aliya kusebut
sebagai pemintal benang
agar datang semut-semut geramang

di sana tak ada yang mencintai puisi
seperti caraku saat ini

tetapi ibuku selalu berlinang
jika kubacakan padanya berulang

(Declare, 2009).
Mungkin suatu saat kita akan dipertemukan dengan sebuah pertanyaan, “Apa Jawa punya aksara?”. Wallohu a’lam.

By Akhmad Fikri Af
Published by ndomblong corporation

Tuesday, November 17, 2015

Mengenalkan Kopi Dunia Lewat Aksara Jawa

Begitulah Judul Tulisan liputan Teman Wartawan dari Koran Sindo (Mas Hardjono) yang ikut hadir dalam Acara syukuran pembukaan Daipilong (Kedai Kopi Ndomblong) Arga Dumilah di Brambang, Bukit Bintang, Pathuk, Gunungkidul.
ada sebuah guyonan dalam acara peluncuran produk baru Kopi Ndomblong di Pathuk pada waktu itu.

"Jangan karena panjenengan tidak bisa baca aksara jawa, kemudian mencap saya tidak nasionalis karena menggunakan aksara jawa lho. Semua tulisan jawa dalam kemasan produk Kopi Ndomblong itu berbahasa Indonesia, dan ikrar NKRI kita itu Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa. tidak ada Satu Aksara to....?"


Kamipun tertawa bersama...




Bahkan Nota di Daipilong Keprabon Solo dan Insya Allah di setiap Daipilong nantinya menggunakan aksara jawa juga.


Indahnya Bhineka Tunggal Ika.
(Bangga Dengan Budaya & Produk Bangsa sendiri)

Wednesday, July 08, 2015

KOPI & FONT JAVAHOLIC

Entah kenapa namanya kopi.
download font Genk Kobra

di Warung Kopi ndomblong, ada font yang bisa di kopi dan kopi yang dilelet untuk menulis font.
Ada 5 Font dari Genk Kobra yang bisa didownload gratis di download font genk kobra




















disamping bisa ngopi bareng sedulur-sedulur... bisa juga belajar aksara jawa.
 

Hanya untuk orang Eropa.... karena sayang sekali.... sudah jarang orang jawa yang bisa baca


Saturday, April 18, 2015

REKONSTRUKSI PEMBELAJARAN AKSARA JAWA

Ketika Kebanggaan di Batas Nisbi.
(JARANKU SING IKI... JARANMU MLAYU NENG NGENDI....)

“Bangga & Gagah - Gagahan. Setidaknya saya bisa membaca papan nama jalan yang beraksara jawa” itulah jawaban saya ketika ditanya oleh beberapa orang yang menanyakan kepada saya,”Untuk apa nantinya jika kita sudah bisa menulis & membaca aksara jawa?”. sementara penggunaan aksara latin sudah mendominasi budaya literasi di hampir semua aspek kehidupan global masa kini.

Jawaban “Bangga & Gagah-gagahan” itu baru bisa saya ucapkan hampir 6 bulan kemudian. Jika waktu itu saya jawab :  “Dengan menguasai aksara jawa, kita mampu membaca sejarah dan falsafah jawa langsung dari source aslinya, yaitu serat-serat lama”, maka pasti akan dibalas : “itu kan bagi mereka yang memang suka membaca serat-serat jawa lama”. Dan saya pasti akan terjerumus pada debat yang berkepanjangan dan melebar ke hal-hal yang saya tidak punya kemampuan untuk menjawabnya. 

Buku ini saya susun berdasar pengalaman saya  pribadi ketika belajar aksara jawa di tahun 2011, Hal itu terbetik setelah Komunitas Genk Kobra mengadakan silaturahim dan Pentas Babar Budaya di Ngarsopuro, Solo.

Berat rasanya waktu itu ketika harus menghafal begitu banyak aksara dan rumitnya tata cara penulisan aksara jawa yang pada akhirnya kemudian menumbuhkan rasa permakluman di hati saya terhadap minimnya minat mempelajari aksara jawa dikalangan orang jawa saat ini.

“Wong Jawa ilang jawane” atau “Cintailah produk-produk dalam negeri” seakan hanya menjadi slogan histeria keresahan berjamaah, tapi pada kenyataannya, boleh saya katakan hanya sebuah disphoria semu. Dimana ketika mereka dihadapkan pada solusi simple, yaitu sebuah hal yang mendasar dalam ranah perkembangan sosial budaya sebuah bangsa yang disebut  komunikasi, dalam hal ini masalah membaca dan menulis aksara hasil karya bangsa sendiri, justru hanya mampu mengamini namun enggan memberi contoh kongkrit. dengan berbagai alasan klasik.



Yaaah......... selama ini saya hanya bisa melongok dan kagum terhadap beberapa bangsa yang tetap ngugemi aksaranya sendiri ditengah gencarnya gempuran globalisasi. Dan ternyata mereka jauh lebih survive dalam segala hal daripada bangsa kita, bahkan dengan berbekal karakter bangsanya itu justru menjadi bargaining yang kuat untuk mampu menguasai dan mengembangkan teknologi serta perekonomian global saat ini.

Betapa hal yang dianggap sepele bagi kebanyakan orang, seperti penggunaan aksara lokal, ternyata  mampu membentuk mindset cinta produk bangsa sendiri sejak usia dini sehingga berdampak positif pada perkembangan pemikiran berbangsa di masa depannya.

Gaul aksara Jawa bagi bangsa Jawa khususnya dan gaul aksara lokal bagi berbagai suku menjadi hal penting menurut saya di jaman sekarang dan masa depan kita. “Jika Gaul saja tidak, mana mungkin mencintai?”.

Sebelum kita bicarakan kembali aksara jawa, mari kita sedikit merenungi kenangan lama kita.

Pernahkah kita  berfikir : Kenapa dahulu sekolah formal itu syaratnya dimulai dari SD, kemudian SMP lalu SMA dst…? Kemudian kenapa Seiring perkembangan ternyata hal itu sudah tidak relevan, karena itu harus dibutuhkan Taman Kanak-Kanak?.

Lalu…., Apakah kemudian hal itu cukup? sejalan dengan perkembangan budaya dan ilmu pengetahuan manusia?. Ternyata sekarang dibutuhkan Play Group sebelum masuk ke Taman Kanak-Kanak. Dan seterusnya-dan seterusnya.

Tahukah kita bahwa dahulu kala ketika membangun bangunan Aksara Jawa di kalangan masyarakat jawa itu CUKUP dengan HANACARAKA, karena dibangun diatas fondasi aksara Kawi yang sama-sama bersifat silabik (suku kata) dan bentuk yang hampir sama?

Sadarkah kita bahwa membangun aksara jawa dengan HANACARAKA sekarang ini bagaikan membangun kembali sebuah reruntuhan candi diatas air? Karena fondasinya sudah digenangi oleh aksara ABCD yang sangat berbeda karakter dan bentuknya?  Maka dibutuhkan sebuah pondasi awal baru untuk selanjutnya bisa dibangun bangunan aksara jawa komplit yang sering kita sebut HANACARAKA.,

Kembali kepada masalah pembelajaran aksara jawa sekarang ini. Aturan-aturan dan sistem pengenalan menulis dan membaca aksara jawa yang digabung dalam sebuah pelajaran bahasa jawa seakan justru menjadikan penulisan aksara jawa terasa semakin sukar, hingga menjadi momok bagi generasi muda kita jika bertemu dengan pelajaran menulis aksara jawa.

Seyogyanya menggaulkan aksara jawa di kalangan generasi muda menjadi sebuah mata pelajaran tersendiri di luar pelajaran bahasa jawa, sehingga ketika kita belajar aksara jawa tidak terbebani dengan gramatikal dan tetek bengek lainnya, apalagi dibebani dengan bahasa jawa yang mungkin sudah tidak atau jarang kita pakai komunikasi sekarang ini.  

Sepanjang penulisan aksara, tanda vokal dan cara menempatkan aksara pasangan itu benar, maka tulisan aksara jawa kita BENAR.

Dan yang paling penting menurut saya adalah, pengetahuan tentang sejarah aksara itu sendiri dengan berbagai cerita-cerita sejarah bangsa yang melingkarinya perlu dikenalkan dahulu sebagai landasan kebanggaan dalam mempelajari aksara jawa. sebelum belajar ke aksaranya.

REKONSTRUKSI terhadap cara menghafal aksara jawa harus dilakukan. seiring perkembangan jaman. Jika di jaman dahulu, cara mengenalkan aksara jawa cukup dengan cerita Hanacaraka saja, karena sebelumnya orang sudah kenal bentuk aksara kawi yang hampir sama, sedangkan untuk kondisi saat ini jelas kurang mendukung, maka saya berikhtiar untuk memotong jumlah aksara menjadi hanya 11 aksara utama yang harus dan wajib dilalui untuk menuju ke semua aksara Jawa, dan aksara-aksara itu tersusun menjadi sebuah kalimat :

 “APA YA SARANA MADHANGI JAWA”.

Berdasar hasil dan respon yang saya temui selama hampir 3 tahun lebih sejak saya mulai mempelajari aksara jawa ini, maka ketika seseorang disodori untuk menghafal aksara dengan urutan HANACARAKA langsung, maka mereka merasakan banyak kesulitan dalam menghafal perbedaan antara “Sa & Da”, Ha & La” , “Nga & Ba” serta aksara yang hampir sama bentuknya dalam waktu bersamaan, yang akhirnya berdampak pada hafalan yang terbalik-balik. sebagai contoh : hingga kini masih banyak tulisan nama-nama jalan yang seharusnya ditulis “dalan” malah tertulis “salan”. Tulisan “bakal” malah tertulis “banal”.

Dengan Mengurangi jumlah aksara menjadi 11 yang disusun dalam 4 Baris, yang tiap baris mewakili ciri-ciri bentuk aksara jawa.
- Baris pertama adalah ciri-ciri lengkung,
- Baris kedua adalah ciri-ciri melingkar
- Baris ketiga adalah ciri-ciri bergerigi dan pisah.
- Baris keempat adalah ciri-ciri runcing beserta variasinya,
maka cara pengenalan dengan konstruksi urutan aksara ini akan memudahkan kita menghafalnya. disertai dengan trik-trik cara menghafalkan aksara pasangannya.

Metode “OPO YO” ini bisa dikatakan sebagai metode prahana (sebelum masuk ke hanacaraka).
Sudah pasti masih banyak kekurangan & sangat perlu pengembangan lebih lanjut, terutama oleh para sesepuh di bidang penggiat bahasa & aksara jawa yang lebih kompeten di bidang ini.

Dalam hal ini saya hanyalah orang awam di bidang aksara jawa, tanpa basic pendidikan bahasa & sastra jawa, Tergerak belajar menekuni aksara jawa dan mencoba urun rembug dengan niatan menjadikan aksara jawa lebih gaul di kalangan remaja sekarang. Dan berharap bahwa kemampuan membaca serta menulis aksara jawa menjadi kebanggaan bagi setiap individu, disaat orang lain tidak mampu
.
Demikian sekelumit cerita dibalik layar saya menyusun buku Gaul Aksara Jawa ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Amiiin

Matur Nuwun
Je. Genk Kobra

Sekali lagi Harapan saya, buku ini bisa dilihat dan difahami sebagai upaya menebalkan rasa kebanggaan terhadap produk bangsa kita sendiri dengan tetap beretika.

Friday, October 10, 2014

KARTOSURO >< SUROKARTO (trial)

 

Hampir 4 tahun Album ini kita upayakan untuk menyelesaikannya dengan segala perjalanan yang harus kita lalui bersama, dan Alhamdulillah pada akhir tahun ini segera kita luncurkan dan disusul dengan Album "Cekak Aos" Genk Kobra 2014

Tuesday, August 19, 2014

Limang Tahun Tirakat @ Ultah Hari Deklarasi NKRI ke 69

Bagaimana jika kita katakan saja bahwa 17 agustus adalah Hari Deklarasi NKRI?
Jadi bukan merdeka dari penjajahan.



Ngalamun @Bunker Liputan Massal Genk Kobra


Saturday, April 12, 2014

Bismillah - Milah Milih Malih (easy)





1936 Saka – 2014 M  Indonesia Nusantaraku
Langit cerah terlihat waktu sore hari ketika saya sedang menyiapkan alat-alat pancing di depan rumah kontrakan saya di tengah kebun mlinjo di banguntapan, eeee muncul teman saya dengan sepeda motor Jadul kebanggaannya.

“Mau mancing mas?” sapa teman saya sambil menstandarkan sepeda motor jadul kesayangannya itu.

“Iya om, mumpung langite padhang” jawab saya.

“Ada apa om?, kok kadingaren nongol sore-sore, biasane jam 12 bengi lagi njedhul je” tanyaku sambil mengambil ember kecil dan tas pancing yang sudah siap grak untuk beraksi.

“he he he mau nanya soal desain mas” jawabnya

“kalau begitu kita ngobrol sambil mancing aja om” kata saya, yang langsung dijawab “Okey”

Akhirnya kita berdua berboncengan naik motor jadul menuju target area pancing favorit, yaitu  sepanjang  Kalikuning didekat candi Sambisari.

Dalam perjalanan ke kalikuning, teman saya bercerita bahwa dia sedang bingung memilih kata yang tepat untuk desain buku yang sedang dibuatnya dan harus segera terbit tahun ini juga. Dia ingin menggunakan sengkalan tahun yang pernah saya buat, tapi dia bingung memilih antara Semut Geni Manjing Nata (1936) dan Caturanku Ora Mbolak-Mbalik (2014 M).

Sesampainya di lokasi, kita menuju ke tempat favorit saya, sebidang tanah kecil yang menjorok ke tengah sungai dan ada pohon bambunya sangat lebat. Lalu sambil memancing saya tanya ke teman saya  tentang apa yang dibingungkan dengan 2 sengkalan itu? Toh keduanya sama sama menunjukkan tahun ini juga.

Dia menanyakan : “ pantes yang mana ya mas?”.

Sambil tersenyum saya mencoba menerangkan kepadanya bahwa memang sangat sukar memilih diantara 2 hal yang baik. Akan lebih gampang dan enak jika kita dihadapkan pada pilihan antara 2 hal yang satu baik dan satunya lagi kurang baik. Apalagi antara baik dan buruk atau benar dan salah, meskipun kebenaran dan kesalahan itu sangat relative.

“Semua tergantung njenengan mas.. kalau suka yang populis, maksudnya banyak dikenal orang atau yang jamak dipakai masyarakat umum ya pakai yang tahun masehi 2014 M (Caturanku Ora Mbolak-mbalik), tapi kalau suka yang agak kuno tapi berbau sejarah budaya kita sendiri, ya pakai yang tahun 1936 Saka (Semut Geni Manjing Nata) toh keduanya sama sama menunjukkan angka tahun sekarang. Ditulis dua-duanya juga nggak ada salahnya”. Sambung saya, meneruskan  keterangan tentang memilih angka tahun untuk desain buku teman saya. 

“Easy kan…? He he he” kata saya.

“eee iya yaaa kalau dirasa-rasa gampang yoo… tapi kalau dipikar-pikir malah angel....  Wah kalau begitu, dua-duanya saja akan saya pakai mas. Untuk cover depan dan belakang, atau bisa saya tempatkan di cover depan semuanya. Malah nggaya to mas.. Ya populis tapi yo tidak meninggalkan kebudayaan sendiri”. Sahut teman saya dengan wajah sumringah.
“lha ya gitu aja bagus to om.. gitu aja kok repoot” kata saya sambil menirukan gaya Gus Dur.

“Jika kita milih salah satu atau kita kebetulan dihadapkan pada suatu pilihan apapun, itu artinya kita  harus punya alasan dan harus siap dengan konsekuensinya”. kata saya.

Sesekali mata saya tertuju ke kambangan pancing saya yang dari tadi belum bergerak-gerak, sayapun meneruskan jawaban saya : “ ini sebagai wacana pertimbangan njenengan om, dalam Sengkalan 1936 Saka itu dimulai dengan angka 6, yang diwakili dengan kata Semut, bisa saja dimaknai dengan masalah Semut yang berkaki 6. Kita ini bisa belajar banyak dari kehidupan hewan di sekitar kita. Semut itu makhluk yang punya tatanan sosial dan persaudaraan yang bagus, apalagi jika ini semut geni,berarti semut yang punya kekuatan lebih dari semut yang lain. Berarti meskipun kecil, tapi punya wibowo”.

“Sengkalan 2014 M, berarti diawali dengan angka 4, yang diwakili dengan kata catur/omongan, Caturanku Ora Mbolak-Mbalik bisa saja dimaknai dengan masalah Tutur Kata atau lebih luas lagi tentang perilaku. Manusia itu dalam kehidupan social, jika tutur katanya bagus, santun & murah senyum, tidak mbolak-mbalik, biasanya dia itu orang yang baik dan akan dicap oleh masyarakat sebagai orang yang baik. Berarti dia akan selamat dan sejahtera. Dalam bahasa jawa disebut widodo”. Sambung saya.

Teman saya menyela “ walaah kok kayak bicara filsafat kehidupan to mas. Lha ini bicaranya malah nyrempet-nyrempet pemilu, He he he”.
“Ini lho… saya juga ikut berpartisipasi mas” sambung teman saya sambil menunjukkan jari kelingkingnya yang ujungnya membiru kena tinta.

Saya hanya tersenyum sambil menunjukkan jempol saya yang juga membiru, dan tiba-tiba kambangan saya bergerak-gerak, dengan cepat saya angkat joran pancing saya dan “uhuiiii entuuuk” sambil terus memutar kerekan pancing saya. Begitu saya angkat, eeeh saya mendapat ikan nila kecil sekitar dua jari besarnya. 

“Lumayaan” seru teman saya sambil senyam senyum (rada ngece ketoke).

“Ayo diteruske mas critane sing nyrempet-nyrempet tadi…” pinta teman saya.

“Crito sing endi?” jawab saya sambil  pura-pura mbodhoni (asline saya bingung, tak teruske crito opo ora yo? Apa harus saya alihkan pembicaraan ke masalah lainnya saja yaaaa…).

Setelah saya pasang umpan lagi dan melemparnya agak ke tengah sungai, akhirnya saya meneruskan obrolan dengan teman saya. “Saya ini cuman suka dolanan kata kok om,  bagi saya, segala sesuatu itu bisa ditafsirkan dari segala sudut, namun alangkah baiknya jika ditiap sudut itu dilandasi dengan Khusnu Dlonn. Jangan sampai kita malah kayak orang yang bingung dan tergesa-gesa, Kesusu/kemrungsung di perempatan jalan” sambung saya.

“Maksudnya gimana mas?” tanya teman saya.

Lalu saya terangkan masalah kemrungsung di perempatan jalan, kalimat-kalimat yang sering kita dengar ada 3 kalimat :
  1. Kebacut Abang, karena kita gak cepet cepet
  2. Mumpung Kuning, lalu kita tergesa-gesa tancap gas
  3. Selak Ijo, ini biasanya kalau kita nyetir sambil telpon atau ungkapan para pengamen dan pengemis jalanan.
“ha ha ha ha sampeyan ki malah guyon” kata teman saya sambil mesam mesem.

Saya lanjutkan  omongan saya sambil tersenyum “ Dengan selalu Khusnu Dlonn maka kita tidak akan mudah mencela, bahkan menjelek-jelekkan orang lain, terutama para pemimpin kita atau bahkan para calon pemimpin kita nanti”.

“Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang suka mengejek orang lain, apalagi yang diejek pemimpin bangsa kita sendiri. bayangkan kalau dilihat tetangga-tetangga, kemudian mereka ikutan ngejek. Sakit hati juga kan kita?” tanya saya.

“Faktanya adalah para pemimpin dan para calon pemimpin bangsa kita ini seperti Pak Karno, Pak Syafruddin, Pak Asaat, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Bu Mega, Pak Susilo, Pak Prabowo, Pak Wiranto, Pak Abu Rizal, Pak Joko Wi, Pak Surya Paloh, Pak Mahfud, Bang Rhoma, Pak Dahlan, Pak Gita Wiryawan, Pak Anies dan lain-lainnya masih lebih dikenal dan masih lebih banyak yang mencintai dan mendukung mereka daripada kita-kita ini. Apa pantes kita mengklaim diri kita lebih baik dari mereka?”. Sambung saya.

“Iya ya mas, jumlah teman-teman saya kalau dihitung hitung dari SD sampai Kuliah paling banyak cuman 400 orang, itu saja sudah banyak yang lupa, barangkali juga tidak suka sama saya he he he he” kata teman saya karo ngguya-ngguyu dhewe.

Kembali saya bercerita kepada teman saya tentang sejarah Indonesia. “Dengan membacanya didasari Khusnu Dlonn, maka semua akan menjadi Do’a yang baik di kemudian hari. Namun jika selalu saja kita ini ber Su’u Dlonn, maka akan jadi harapan yang tidak baik nantinya”.

Berkaitan dengan hal sengkalan, Jika kita memandang 2 sengkalan Semut Geni Manjing Nata (6391) dan Caturanku Ora Mbolak Mbalik  (4102) dari sudut pandang dinamika politik sekarang, maka pilihan kita kan hanya masalah Widodo & Wibowo entah siapapun figurnya nanti. Toh Negara Indonesia ini sudah pernah mengalami Negara yang Wibowo dan pernah juga menjadi Negara yang Widodo. Sekali lagi, semua pilihan ada konsekuensinya.

Wibowo - ( berwibawa / disegani) : Jaman Presiden Soekarno Negara kita ini disegani oleh negara-negara di seluruh dunia. Presiden kita sangat dihormati di kancah internasional. Karena punya bargaining yang kuat di berbagai bidang. Dan didalam negeri sendiri, pemimpinnya sangat dicintai oleh rakyatnya karena sangat berfihak kepada rakyat dan mendorong rakyatnya untuk mandiri, belajar dulu hingga mampu mengelola sumber daya alamnya sendiri tanpa campur tangan orang luar. Maka modal asing tidak boleh masuk sebelum rakyat ini pinter. 

Konsekuensinya adalah : Orang=orang asing yang punya kepentingan tertentu dan tidak bisa mencapai tujuannya akan berusaha dengan segala cara, bahkan dengan cara agresi militer, embargo dll. 

Kewibawaan Republik Indonesia itu dipertahankan dengan segala cara oleh Presiden Soekarno dengan memberikan mandat kepada Presiden Syafruddin Prawiranegara (ketika PDRI karena terjadi agresi militer Th 1948) dan oleh Presiden Mr. Asaat (pada waktu RIS, Presiden Soekarno menjabat Presiden RIS &  Presiden Asaat menjabat presiden RI Th 1949).

Widodo – (Selamat, Sejahtera, aman). : Jaman Presiden Soeharto, Negara kita mengalami pembangunan yang pesat, makmur, aman sejahtera, mampu swasembada pangan dan lain-lain. Sangat wajar jika beliau disebut bapak pembangunan Indonesia. Bahkan Presiden kita juga mendapat julukan The Smiling General Karena murah senyum, dan harus diakui bahwa pada jaman itu relative aman dan sejahtera, murah sandang murah pangan. Sampai sekarangpun kita masih mendengar para petani terutamanya masih sangat ingat dengan Pak Harto. 

Konsekuensinya : Karena Kita banyak membuka peluang Investasi modal  asing masuk ke  Indonesia, maka kita banyak disetir oleh orang asing di berbagai bidang dan kurang disegani oleh Negara lain. Maka ekonomi Negara kita sangat mudah diombang-ambingkan oleh orang asing dari negeri lain ketika kepentingan mereka mulai terganggu.

Lalu bangsa kita ini sadar akan kekurangan-kekurangan dari masa lalu, muncullah reformasi yang melahirkan pemimpin-pemimpin yang berusaha menata ulang pondasi bernegara kita, yang tidak hanya ber-widodo tapi harus juga ber-wibowo. Kita semuapun sangat menginginkan begitu.

15 tahun lebih dibutuhkan untuk menata pondasi-pondasi itu agar kuat dibangun diatasnya sebuah Negara yang Makmur dan Berwibawa (Kartosuro). Dimulai oleh Presiden BJ Habibie, Presiden Gus Dur, Presiden Megawati dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono maka sampailah kita di “Suryo Katon Ing Gapuro Projo” itu cuman istilah Genk Kobra lho om he he he.

“ah ada-ada saja mas… mumet saya yen kon mikir masalah itu. Terus besuk itu milih siapa mas?” tanya teman saya sambil melirik.

“ yo jelas kayak lagu Pari GoGo to… “ jawab saya sambil nyanyi

Milih nganggo ati, yen kowe ra ngerti, ndak ngisin isini

Yuk dipikir dhisik, nganggo ati resik, ben hasile apik.

Ojo podho nekat, kancane sak brayat, mesthine sepakat.

Ojo sok tukaran, rumongso menangan, ngrusakke tatanan.

“ wis ah…, yuk… wis surup, kita pulang aja om”  kata saya mengingatkan teman saya.

“Ayo mas.. nanti malem kita teruskan ngobrol di warung sebelah mas, tak traktir pokoke…. Saya nanti makan milih nganggo ati, koyok sampeyan” kata teman saya.

“siiip aku tak nganggo cucuk wae” jawab saya.

“Weeeladalah kok malih meneh, pakai lauk kepala maksude yang ada cucuknya?” timpal teman saya.

“Maksudkuuu…. mumpung ditraktir aku tak nyucukke sing jajan kuwi lhooo” jawabku sambil tersenyum.

“Ooooooalaaah Okeee” sahut teman saya. “lha ikan kecil yang didapat tadi ya dibawa pulang mas?” tanyanya lagi.

“Ya iya dong… itu kan rezeki, Ikan nila dari Kalikuning ini meski hanya sebesar dua jari tapi itu pemberian sing mbaurekso kali jeee” sahutku sambil tertawa.

Kamipun berboncengan pulang, di perempatan Blok O kami berpapasan dengan Om Dodo dan Om Bowo berboncengan motor sambil bawa pancing. Kelihatannya habis mancing juga. Sayapun ber salaaman karena pas berhenti di lampu Merah dan kebetulan berdampingan dengan motor kita.

“Monggo ooom” seru saya.

“Yo leeee..” jawab mereka serempak

Bismillah Milah Milih Malih (gampang to)

Adpt Genk Kobra mulih mancing karo kancane.
Malih dalam bahasa Jawa ngoko berarti "Berubah/berganti".  
Malih dalam bahasa Jawa Krama berarti "Lagi"

Wednesday, April 09, 2014

Bismillah INDONESIA 1936 Saka (2014 M)

Semut Geni Manjing Nata - Caturanku Ora Mbolak Mbalik

Malam tahun baru 2014 ketika seorang teman menanyakan kepada saya, "apa sengkalan untuk tahun baru ini mas?", Waduuuuh... saya bingung menjawabnya karena saya hanya terbiasa membuat sengkalan untuk menandai tahun -tahun keluarnya album-album Genk Kobra.
seperti :
  • Album 1 Ngayojokarto - tahun 2002 M / 1924 Saka "Ketok Mata Gedhe Dhewe" artinya : Jelas terlihat paling besar.
  • Album 2 Sithik Edhing - tahun 2005 M / 1927 Saka " Resi Kembar Hanggatra Bumi" artinya Dua Resi menata bumi
  • Album 3 Kembang Lambe - tahun 2007 M / 1929 Saka " Gangsa Kapindho Kusumaning Jagad" artinya : Gamelan kedu, bunganya dunia
  • Album 4 Untuk Novel Kembang Seruni 2009 M / 1931 Saka " Sejatine Padhang Sumuring Ati" artinya : Sejatinya terang sumurnya hati
  • Album 5 Kartosuro - tahun 2011 M / 1933 Saka "Suryo Katon Ing Gapura Praja" artinya : Matahari telah mulai tampak di gerbang negara/wilayah
Sambil kebingungan saya jawab "sik yoo.. tak ngalamun karo mikir". jawab saya, agar teman saya tidak gelo, karena teman saya ini juga suka dengan sengkalan sengkalan tahun jawa.

Saya mulai mengkonversi tahun Masehi 2014 ke tahun saka yang akhirnya ketemu angka 1936. namun kembali saya dipusingkan dengan kata kata yang tepat untuk angka-angka tersebut hingga bisa saya susun menjadi kalimat yang bermakna.

Sebagai gambaran singkat, dalam kalimat sengkalan, setiap angka diganti dengan kata/nama yang mengandung pengertian/makna/karakter/konotasi angka. dan angka tahun dibaca dari belakang/kanan, contoh : tahun 1927 Saka, maka dibaca 7291 Resi (7) Kembar (2) Hanggatra (9) Bumi (1).

Jadi kini saya harus menemukan kata yang tepat untuk angka 6. sebagai angka awal / kata awal dari 1936. Kata awal itulah yang akan menentukan pemilihan kata selanjutnya menjadi kalimat yang bermakna .

Kebetulan malam itu hawane sumuk tenan, karena musimnya memang lagi musim gak jelas antara penghujan dan kemarau. sambil duduk lesehan di lantai tiba-tiba "mak cekiiit" kaki kanan saya terasa ada hewan kecil yang menggigit. saya pikir digigit nyamuk, eeeeh ternyata banyak semut yang ikut ngisis karena mungkin hawanya juga gerah sekali didalam tanah. jadi mereka pada keluar dari tanah mencari angin segar. tapi kok ya iseng nyokot sikil to yo muuut semuuut.

Sambil garuk garuk kaki dan menggeser posisi duduk, saya perhatikan terus rombongan semut itu. "Lhaaaa iki jebule" dalam benak saya, memang ide itu tidak bisa disangka-sangka darimana datangnya. 'Semut itu kan hewan berkaki enam", maka dengan kejadian dicokot semut itu, saya menemukan kata awal dari sengkalan 1936, yaitu Semut.

Kata selanjutnya adalah mewakili angka 3 (bersifat panas), kok ya kebetulan barisan semut itu adalah semut merah yang di daerah saya disebut dengan semut geni (geni bersifat panas). tinggal saya sambung dengan angka manjing (9) dan nata (1) sehinggga terangkai sebuah kalimat "Semut Geni Manjing Nata) yang dalam bahasa indonesia berarti semut merah menjadi raja.

"Wis ketemu ndaa" sambil ngeplak punggung teman saya yang asyik nonton TV.

"opo mas?" kata teman saya, sambil tetep saja nonton TV.

"Semut Geni Manjing Nata" jawab saya sambil saya terangkan tiap angka-angkanya.
dan teman saya manggut manggut seneng, lalu bertanya lagi "Lha kalau 2014 gimana?".

"Yo gampaaang.....papat kuwi "catur", siji kuwi "aku", kosong kuwi "ora", loro kuwi "mbolak-mbalik". jawabku sambil nyruput kopi yang mulai dingin.

"apik to ? Caturanku Ora mbolak-mbalik 4102.. he he he" . sahutku sambil nonton ekspresi wajah temanku yang lucu karena mengangguk-angguk sambil mengernyitkan dahinya (mungkin bingung ning ora wani protes).

Obrolanpun berlanjut hingga menjelang subuh. dan akhirnya teman saya pamit pulang karena paginya harus mengantar dagangan ke pasar.

Setelah teman saya pulang, kini tinggal saya sendirian yang ganti termangu mangu sendiri tak habis fikir. dalam benak saya berkecamuk berbagai pertanyaan, "Kenapa tadi bisa ada sengkalan Semut?. kenapa kok ada Catur dan lain sebagainya", ditambah lagi sepengetahuan saya tentang hal sengkalan. meskipun baru sedikit saja saya kenal tentang ilmu sengkalan, tapi ada hal pokok yang saya fahami tentang sengkalan.

Sengkalan biasanya dibuat untuk hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. umpamanya sengkalan untuk album Genk Kobra, saya buatkan sengkalannya karena Album /lagu sudah jadi, . atau sengkalan yang dibuat oleh pujangga leluhur kita :untuk mengenang runtuhnya majapahit (Sirna Ilang Kretaning Bumi 1400).  ini semua menambah ruwet otak saya.

"Lha ini tahun baru, baru saja mulai kok ada sengkalannya?". begitulah pikiran yang mbulet dalam otak saya waktu itu. mumeeettt...

Ada apakah gerangan wahai semuut?

Iseng iseng saya ambil Al Qur'an karena saya beragama Islam dan saya cari Surat Semut (an Naml), saya baca beserta terjemahannya... barulah saya bisa tersenyum dan bergumam. "he he he he he ketemuuu... minimal buat saya sendiri".

Dalam Surat ini saya temukan Nabi Sulaiman seorang Raja besar dan kaya raya di Dunia waktu itu yang menguasai manusia dan Jin bersama bala tentaranya akan melewati lembah, beliau mendengar suara semut yang ketakutan akan terinjak-injak oleh bala tentara Sulaiman. maka Sulaiman memerintahkan pasukannya berhenti, karena beliau diberkati oleh Tuhan mampu mengerti bahasa hewan. beliau langsung Tersenyum bersyukur dan berdoa mendo'akan kedua orang tuanya:

"Robbii auzi'nii an asykuro ni'matakallati an'amta 'alaiyya, wa 'alaa waalidaiyya, wa an a'mala shoolihan tardloohu, wa ad khilnii birohmatika fii 'ibaadika shoolihiin."
yang artinya

“Ya Allah, selalu limpahkan petunjuk&ilham-Mu kepadaku untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan untuk (selalu) mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai, serta masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang soleh.” (QS. Al-Naml: 19).

 Dan hanya di Surat An Naml jugalah Kalimat Bismillahirrohmaanirrohim terdapat di tengah surat. dituliskan oleh Sulaiman ketika menulis surat kepada Ratu Bilqis...

Begitulah cerita saya membuat judul tulisan ini dimulai dengan : Bismillah.
dan semoga inilah tahun awal Indonesia memulai babak baru, mari kita doakan Ibu pertiwi kita ini, semoga Tuhan meridloi dan memberi nikmat kepada seluruh rakyat Indonesia. amieeen.

Bismillah

Adpt Genk Kobra di Sorso
yang baru berani menuliskan di Blog ini ketika tahunnya sudah berjalan