Friday, June 09, 2006

[Gen.K] Perjalanan merangkai Keping - jogja

Rekan,

saya mau cerita laporan pandangan mata dan hati tentang perkembangan jogja paska gempa.

Tanggal 3 Juni, tepat jam 3 pagi, meluncur dari transtv jakarta bersama rekan-rekan transtv yang membawa bantuan dari pemirsa yang dikemas dalam 1 truk kontainer. Rombongan tiba di Jogja jam 2 sore, di daerah jendral sudirman 44, gedung cabang bank mega - Jogja. nah di sini kita ketemu dengan Pak Chaerul Tanjung, pak Ajis dan Pak Sapto (pim cab. bank Mega) untuk melakukan koordinasi awal.

[sebenarnya, keikutsertaan saya di tim ini 'sekedar' meramaikan. Yah anggap saja sebagai latihan menuju ujian yang lebih berat. Mencoba menjadi manusia yang berani dan pasrah menghadapi cobaan...cieeee..]

Karena udah terlanjur malam, kita putuskan untuk berangkat besok pagi. Hari itu kita tertidur di posko kota transtv-bank mega. zzzzzzzzzzzzzzzzzz.....

4 juni 2006, kita bangun pagi-pagi. Berangkat langsung menuju lokasi yang menurut informasi cukup parah karena dilanda gempa. Tepatnya di daerah Bauran-Plered-Bantul. Rombongan berjalan ngebut, mencoba menyeruak di tengah mobil-mobil yang lalu lalang. Keluar masuk daerah gempa. Tapi yang nyebelin banget, banyak mobil-mobil turis wisata gempa yang nggak ketahuan juntrungannya. mereka malah bikin macet, jalan-jalan santai sambil foto-foto di tengah keadaan yang ...gila...ancur banget.

Sepanjang jalan memasuki kabupaten bantul, terlihat kanan-kiri rumah yang hancur lebur. Nggak usah diceritain soal sedihnya, Dahsyat dan memilukan.

Sampai di plered jam 10.00. Kita langsung mendirikan tenda Pleton ukuran 6x14meter. pas di atas sawah kosong di daerah Bauran 2. Nggak nyangka, kita cuma butuh waktu 35 menit buat mendirikan tenda ini (ini berkat latihan berkali-kali sebelumnya di transtv dan halanman bank mega jogja..hehehe). tentu saja kita dibantuin para penduduk korban gempa. Wah hebat banget mereka, ketika tenda berdiri, salah seorang dari penduduk yang kebetulan pengrajin furniture bernama Pak Pardi, menyumbangkan belasan pintu-pintu jati setengah jadi untuk alas! Gila ya....betapa beliau ini baik banget, itu pintu jati kan mahal banget. Dan komentarnya pendek aja :

"tenang mas, pintunya kuat! Nggak bakal dimakan rayap!"

"Apa nggak takut rusak mas?

"hla, kalo rusak ya bikin lagi. Yang penting, teman-teman penduduk bisa agak nyaman kalo tinggal di bawah tenda ini."

...halaahhhh...saya terkaget mendengar alasannya. Suatu cara pikir yang dahsyat sekali. Pak Pardi ini saat ini tinggal di tenda. Karena rumahnya hancur berantakan. Tapi masih sempat-sempatnya menyumbangkan pintu-pintu kayu jati buatannya untuk alas di posko tenda pertama kita. Thanks Pak, Gusti Allah mboten sare...

Jam 13.00. Saya dan Mas Ichwan (PR TranstV), berniat mendirikan Posko Tenda ke 2 di daerah jetis (letaknya nggak begitu jauh dari Plered). Kami memutuskan untuk membuatnya di Ponggok, Desa trimulyo - Kecamatan jetis - bantul. Lengkap banget ya alamatnya...

alasan kami mendirikan dilokasi tersebut, karena lokasi ini belum dijamah oleh para pemberi bantuan. Saya aja bingung dengan para relawan-relawan yang terkonsentrasi justru di lapangan pinggir jalan Jetis. lah buat apa buat posko terlalu banyak dilapangan sepakbola? kenapa nggak mau masuk 'blusukan' ke wilayah yang lebih hancur lagi?

Ah ya sudah, saya nggak berhak mengatur orang...toh akhirnya saya bisa mendirikan Posko tenda ke 2 di Ponggok. Ah, betapa kehadiran kami di tempat itu disambut dengan berbagai macam pertanyaan oleh para penduduk sekitar..

"kok sampeyan mau mendirikan di tempat ini mas? Jalan masuknya kan agak susah?"

"Berapa hari bakal tinggal di sini mas? Masyatakat di dalam sini belum dapat bantuan.."

Saya nggak bisa menjawabnya, yang pasti, saya mendapatkan raut-raut muka penuh harapan dan kebahagiaan. Thx God, nggak sia-sia kami mendirikan posko 2 di tempat ini.

4 Juni 2006, kebetulan kami bertugas mendrop barang-barang sembako dan barang-barang keperluan sehari-hari seperti sabun, senter dsb. Wah, seneng banget bisa menjadi saksi sekaligus membagikan bantuan yang sangat kecil nilainya dibandingkan kerugian yang diderita penduduk di sekitar wilayah ponggok ini. Tiba-tiba saja kita seperti saudara adn telah saling kenal sejak lama. saling membantu dan berpeluh. Hari ini terlewati dengan rasa capek tapi senang banget.

Malamnya, saya pulang ke POSKO Gen.K Communications - POSKO KOATA-KATA yang sudah didirikan sejak hari pertama gempa (27 mei 2006). Saya ketemu lagi dengan Rozi, Joko dan Bahar. 3 Sekawan Gen.K yang menyebut dirinya sebagai KAWANAN (bukan relawan..hahhhahaha). Yah saya dapat ceramah dan nasehat yang banyak dari mereka..terus terang saya heran dengan teman-teman ini. Mereka ini saksi sekaligus korban, tetapi semangatnya luar biasa untuk tetap mencoba berkarya...menjadi KAWANAN yang peduli korban gempa.

"Bung, kalau bisa, bekerjulah sekuatnya, jangan jadi wisatawan!" sindir Mas Joko - genk Kobra yang kelihatan letih setelah seharian bolak-balik mengantarkan sembako.

"Iya, kalo bisa buka posko di pedalaman, tapi jangan lupa, di tengah kota juga banyak korban yang sampai hari ini belum dapat bantuan!" tambah Bahar.

Ah teman-teman sejati, terus terang saya nggak ada apa-apanya dibandingkan mereka yang sudah memutuskan berjihad dengan cara apapun. Semalaman saya tertidur di Posko.

5 Juni 2006, saya balik ke posko Pusat TransTV Bank Mega pas jam 6.30. Saya buru-buru berkemas untuk segera berjaga di posko Ponggok. Gila, capek banget, tapi sesaat tubuh jadi segar lagi, karena tiba-tiba kita dapat bantuan 2 cewek manis, karyawam bank mega yang bakal ngebantuin di Posko. Wuah..ini bakal jadi hari paling indah di Posko Ponggok.

[sialnya, saya lupa nama ke 2 cewek manis ini. Pokoknya , yang satu ini statusnya single, cantik dan merangkap menjadi penyiar siaran bahasa jawa di Jogja TV. hayo tebak...siapa dia? kalo dah tahu, SMS saya ya...hehehe]

hari ini saya mendapatkan pengalaman berharga, tepat jam 12 siang, ada 4 anak gadis kecil (usianya sekitar 6-7 tahun). Seseorang bernama rita, dia menggendong adiknya berumur 1.5 tahun. Tampak terengah-engah dan kecapekan.

Mereka duduk di pinggir tenda, ah saya lalu mendekati mereka dan menyapa mereka satu persatu. Mungkin karena gaya saya yang nggak klop, membuat mereka agak ragu.

"Mau Biskuit dik?" tanya saya kepada mereka.

Gadis kecil yang bernama Rina tampak menatap saya ragu. Ah tipikal gadis kecil kampung, batin saya.

"Saya boleh gendong adiknya ya?" dengan sigap saya gendong adik Rita yang berusia 1.5 tahun. Balita tersebut semula kaget, tapi akhirnya dia menurut ketika saya sodori saya sekeping biskuit.

Lalu saya melangkah mendekati Rita dan teman-temannya.

"Dimakan lho biskuitnya dik"

"Terima kasih"

"Kamu tinggal dimana sekarang?"

Rina menatap saya ragu, tangannya yang kurus menunjukkan sebuah sudut. Sebuah rumah yang telah porak poranda, tampak ibunya berdiri membersihkan sisa-sisa puing.

Saya cuma menghela napas, bisa apa saya ini? Cuma bisa menyanyakan sesuatu dan membuat orang lain bertambah sedih lagi? wah...wah...

Tiba-tiba saya terhenyak ketika memandang dahi rita yang tertutupi poni rambutnya. Ya Allah, betapa banyak bekas luka yang mengering membekas di kepalanya! Berarti..anak gadis ini...?

"Kepala kamu kenapa dik?" tanya saya hati-hati.

Rita menatap saya, lalu dengan lirih, dia berusaha menjawab.

"Rumah saya kemarin rubuh, kepala saya tertimpa kayu."

masya Allah, betapa pedih sekali penderitaan gadis ini. betapa selama beberapa saat lalu saya terlalu buta untuk melihatnya. Ah, saya coba membelai dahinya yang kini 'terukir' bekas luka. Rita yang malang...

Saya terbengong beberapa saat, ternyata kawan-kawan Rita lainnya pun mempunyai tanda luka akibat tertimpa reruntuhan rumah. Wlaupun tidak separah yang dialami rita, tetapi paling tidak, mereka beberapa hari yang lalu pasti sangat menderita.

"Terima kasih ya Om, " Rita tiba-tiba mengangetkan saya. Dia menunjukkan biskuit yang saya berikan ke padanya.

Ah saya nggak bisa bicara, lalu rita meminta Adiknya untuk kembali digendongnya. Dengan tertatih-tatih dan tampak keberatan, ia segera membawanya pergi menjauh dari tenda kami.

Teman, sesaat saya terdiam, menyaksikan semua ini. Sejauh mata memandang yang ada hanyalah rumah yang telah rata dengan tanah. Dan 4 gadis cilik didepan saya berjalan semakin menjauh. Menyesakkan batin saya dengan berbagai pertanyaan sekaligus memberikan saya gelombang kesadaran baru...bahwa saya tidak boleh berhenti.

Rita dan teman-temannya menghilang dari pandanganku. Ah betapa penderitaan ini harus cepat selesai. Sudah saatnya untuk bangkit lagi. Dan semoga mereka tidak menangis lagi.

Salam

Sony Set
0818 936 046
Posko II Transtv - Posko bangunTapan Gen.K
Dusun Ponggok, Desa Trimulyo, kec Jetis - Bantul


Informasi : saat ini, ribuan anak-anak korban gempa Jogja membutuhkan bantuan susu dan KELAMBU untuk melindungi tidur mereka dari serangan jutaan Nyamuk.

Gen.K berkerja sama dengan Kak Wes [aktivis, seniman dongeng jogja) - 0815 799 0989(Rumah Dongeng Indonesia), berniat mendirikan Shelter Khusus untuk Anak. Kami mengharapkan bantuan dari rekan-rekan dermawan untuk mengirimkan tenda-tenda yang nyaman digunakan untuk Anak balita dan Ibu=-ibu menyusui.

Kami telah membuat Shelter utama anak di Posko Gen.K di bangun tapan. Trans TV saat ini juga sudah membuat Posko Shelter untuk anak di Plered dan Ponggok Bantul.

Apabila teman=teman beniat membantu kami, silahkan kirimkan KELAMBU dan TENDA untuk ANAK ke

Posko Gen.K Communications:

Jl. Gatot Koco No.28A Wonocatur, banguntapan, Jogjakarta 55198. Telp. 0274 748 0196 Fax 0274 563326

mari bangun jogja, mari selamatkan anak-anak dari penderitaan mereka.