Thursday, March 17, 2011

DALANING LAKU - TAPAK ING MARGI

(sebuah jawaban untuk pesan)

Dari 187 pesan SMS (Message Inbox di FB) yang masuk ke Inbox saya sebagian besar adalah keluhan leher yang tengeng karena harus dalam posisi miring untuk dapat melihat clip “Gendhuk” Genk Kobra & beberapa pertanyaan menyangkut maksud dari tulisan yang ada di video clip Gendhuk (Genk Kobra) yang tertera di akhir Video dan apa hubungannya dengan lagu Gendhuk,
Tulisan itu berbunyi :

Kebon Mlinjo dadi Alas-an
Dalane Mentok – utawi – Lakune Menthok
Menopo Tapake Mentaok - Asal mboten amargi Montok.


Sejujurnya saya bingung dari mana saya harus memulai untuk menjelaskannya. Karena ini hanya latihan saya untuk menyampaikan pesan serta cara membaca sesuatu dari beberapa sudut yang berbeda. Dan semuanya sah-sah saja .karena setiap manusia mempunyai sudut pandangnya sendiri sendiri.........

Ada beberapa sudut yang ingin disampaikan dari tulisan tersebut.

Sudut pertama :
Semua ini hanyalah masalah tempat, sebuah Kebun Mlinjo yang terletak di pojok sebuah wilayah, dari satu arah, jalannya memang sudah mentok di kebon itu. Meskipun ada jalan lain dari kebun itu menuju kearah yang berbeda. Disitu tinggal seorang perempuan dan ada beberapa menthok (Unggas) sebagai peliharaannya. Dan kebetulan sesuai cerita/sejarahnya.. disitulah bekas Hutan Mentaok. Cikal bakal kerajaan Mataram Islam.

Sudut Kedua :
Kebon Mlinjo dadi Alasane ... Kebo ijo dan Ki Pengalasan akhirnya harus mati dikhianati oleh temannya sendiri (mentok jalan hidupnya) sebagai martir jalannya sejarah pararaton yang berujung hingga mataram di alas mentaok. Diceritakan dalam sejarah keris empu Gandring dan Ken Dedes.
(mungkin saya agak ngoyo woro, tapi monggo bagi ahli sejarah mungkin lebih tahu kisahnya.)

Sudut Ketiga :
Mari kita coba merangkai beberapa kata dari kalimat tersebut diatas yang bermakna hampir sama, yaitu Dalan, Laku, Tapak, Margi....
Maka akan terangkai seperti ini : Dalaning Laku, Tapak ing Margi.
Setiap langkah kita dibumi ini, akan menimbulkan bekas/tapak di tanah.
Setiap perbuatan kita pasti akan tercatat, dan menjadi sejarah yang akan dibaca oleh generasi selanjutnya,

Mengambil Hikmah dari berbagai sudut.

Dari sudut I dan 2 kita mendapatkan informasi Tempat dan Cerita
Dari Sudut ketiga kta menemukan Jalan.

“Dalaning Laku dadi Tapak ing Margi “ dapat kita bagi menjadi dua
“Dalaning laku” memakai bahasa Ngoko & “Tapak ing Margi” memakai bahasa kromo

Sebagaimana dengan Ngoko yang digunakan untuk umum dan Kromo digunakan khusus, maka kalimat “Dalaning Laku dadi Tapak ing Margi pun” juga mengandung makna dengan dua pemahaman, yang satu pemahaman umum dan yang satu pemahaman yang hanya difahami oleh orang-orang yang khusus juga.

Bagi mereka yang beragama, laku hidup manusia meski baru berupa sebuah niat dalam hati akan selalu dicatat oleh malaikat. Dan semua akan dipertanggung jawabkan secara pribadi dihadapan Tuhannya. Sementara bagi mereka yang tidak beragama, semua akan tercatat minimal di relung hatinya sendiri dan dimata orang lain.

“Dalaning Laku dadi Tapak ing Margi “
Sebuah petunjuk jalan.

Setelah kita tahu bahwa setiap laku hidup kita di dunia ini akan tercatat dan akan dibaca oleh generasi berikutnya, setiap dari kita tinggal memilih. Apakah hidup ini akan kita isi dengan kebencian, sirik, tamak, dengki, munafik dll??? inilah jalan kesengsaraan..
Atau akan kita isi dengan rasa syukur, kasih sayang, pemaaf, jujur, ikhlas dll...??? Inilah jalan kemuliaan. Dan semua pasti dengan konsekuensi hadiah dari jalan yang dipilih.

Bagi yang memilih jalan kesengsaraan, maka jalan ini tidak begitu sulit, meski juga harus belajar pada ahlinya untuk menguasainya dengan tepat.

Bagi yang memilih jalan kemuliaan, maka teruslah berjalan menuju tujuanmu dan janganlah kau disibukkan dengan apa yang kau temukan di jalan.

Bagaimana jika dengan terus berjalan lalu muncul orang orang yang salah paham?

Namanya juga “Salah” maka fahamnya jelas salah. Kesalahan mendasar dari kesalah pemahaman seseorang adalah karena orang gampang memvonis segala sesuatu tanpa Thowaf (mencermati masalah dari berbagai sudut). Mereka hanya mendapat informasi dari satu arah/sumber tanpa mencari tahu dari sumber-sumber yang lain, dan biasanya justru takut mencari tahu dari sumber aslinya.

Bagaimana pula menghadapi mereka yang sirik dengan kita?

Berbahagialah jika ada orang-orang yang sirik kepada kamu, karena jelas pasti hidupmu lebih baik dari orang itu, maka orang-orang yang sirik selalu memata-matai kamu, berusaha dengan segala cara untuk menghancurkanmu dan berharap agar hidupmu jadi seperti kehidupan mereka yang dipenuhi dengan ketidakmampuan untuk hidup bahagia. Kegelisahan menyelimuti seluruh sendi hidupnya. Seluruh hari-harinya.selalu memikirkanmu, mereka orang-orang yang disibukkan hidupnya dengan mencari-cari aib orang lain.

Bagaimana Langkah awal yang baik untuk menemukan Jalan kemuliaan itu?

Mulailah melihat dari sudut 180 derajat. Dengan cara yang amat mudah, lihatlah dirimu dalam cermin.

Lalu bagaimana dengan Ikhlas...???

Inilah yang dimaksud dengan Pemahaman yang hanya difahami oleh orang-orang khusus.
Sebagaimana sebuah ilmu kadigdayan. Sebuah kehebatan pukulan tidak diukur dari besarnya hantaman seseorang dalam memecahkan sebuah Batu Besar dengan tangannya, namun bagaimana menghancurkan batu tanpa harus menyentuhnya. Atau bagaimana seseorang mampu berjalan diatas air atau tanah tanpa menyentuhnya. Atau dalam falsafah jawa ada “Menang tanpo ngasorake”.

Ilmu Ikhlas melihat “Dalaning Laku dadi Tapak ing Margi” dari sudut yang berbeda.
Selama masih menimbulkan tapak/bekas di jalan/margi di beberapa hal dalam menjalani kehidupan, maka dia belum masuk ke wilayah ikhlas. Ikhlas itu ketika laku kita tak menimbulkan bekas apapun yang bisa dilihat oleh manusia. Maka Ikhlas akan selalu menjadi misteri bagi orang lain untuk mengetahui apakah seseorang itu ikhlas atau tidak.

Satu lagi pertanyaan muncul, “apa hubungannya dengan lagu “Gendhuk?”.

Coba dicari jawabannya di sudut pertama atau sudut kedua, namun jika belum ketemu juga, Cobalah cari di sudut kerling mata anda.

Demikian sedikit penjelasan yang bisa saya sampaikan.
Tak ada anjuran/saran dan peringatan dalam tulisan ini, agar tidak dikira obat yang harus sesuai dengan anjuran dokter, dan tidak dikira rokok yang selalu diberi peringatan oleh pemerintah.

Matur Nuwun,

Salam
ADipati Genk Kobra dibawah pohon mlinjo