Tuesday, November 21, 2006

Genk Kobra manggung


Pentas Genk Kobra malam minggu tgl. 18 Nov. 2006 di Taman Kuliner Condongcatur, tepatnya di depan kantor MSC INDOSAT Jogja akhirnya benar-benar menjadi ajang silaturahim antar komunitas Javaholic.
Pentas musik yang sederhana, Pesta yang sesungguhnya dari Jama’ah Kubro, ketika batas-batas diruntuhkan dengan berbagi ruang (Sithik Eding) dengan sesama, membuat hati saya dan semua teman-teman di GEN-K sangat bahagia, hingga tanpa terasa linang air mata membasahi pipi dengan segenap kebanggaan dan rasa syukur kepada Allah SWT sekaligus menghapus semua rasa letih ini.





Tiada lagi batasan umur, batasan etnis, batasan agama, batasan status social, batasan profesi, hingga batas Panggung-pun mampu diruntuhkan tanpa harus kehilangan identitas pribadi masing-masing, dengan bergembira bersama-sama diatas panggung.




Dari warga sekitar Taman Kuliner dan Indosat Condongcatur, hingga mereka yang sengaja nglurug ke Jogja dari GK Solo Community (remaja-remaja kampung dan kampus dari Solo & Klaten), Komunitas GK Korem Warastratama Solo, Komunitas GK Kandang Menjangan, GK Jogja Community (remaja-remaja kampung dari Jogja), Komunitas Diffable Jogja, Komunitas Pengajian Anak Jogja, Komunitas Kulonprogo, Komunitas FMC Indosat dan sedulur-sedulur saya dari Kudus, Rembang, Malang dll dapat berkumpul kembali untuk bersama-sama refreshing di ajang ini.

………………………. Matur nuwun semuanya, hanya itu yang mampu kami ucapkan....

Je. Elysanto

Monday, November 20, 2006

Ketika rasa bangga itu dipertanyakan [dari blog dan milis sebelah]

Anda orang Indonesia ?
Masih tinggal di Indonesia ?
Di Jakarta?
Ke kantor naik bis umpel-umpelan?
Lalu lintas macet?
Pernah Naik kereta super ekonomi ke Yogya or Surabaya ?
Pernah kebajiran?
Pernah dipalakin di bus sama gerombolan preman?

Ok, sekarang saya serius.

Kalau Ada yang bertanya: apa sih yang bisa dibanggakan for being Indonesian?
Maka jawaban saya adalah : Kita.

Kita harus bangga karena kita orang Indonesia Bisa dan Biasa ! hidup susah!!!
Becanda lagi nih?

Nggak, saya Serius!! Saya nggak boong.
Kalau saya boong biarkan Tuhan memberikan cobaan yang berat pada saya (red :
katanya harta yang berlimpah merupakan cobaan yang berat). Kemampuan untuk
hidup susah (saya sebut aja "survival ability" ya) tidak dimiliki
orang-orang yang lama hidup di negara-negara mapan.

Boss saya (orang India ) pernah cerita: suatu ketika teman-nya-sebut saja
Sarukh dan keluarganya -pamit pada boss saya pulang ke negara asalnya India
yang murah meriah untuk menikmati pensiun dini, setelah 15 tahun kerja di
Singapore . Eeeeeee? ... belum satu tahun pamitan pulang ke India ? si Sarukh
sudah balik lagi ke Singapore , dan kali ini minta bantuan Boss saya untuk
dicariin kerjaan lagi di Singapore .

What happened? Tanya boss saya.

Sarukh bercerita, setelah pulang ke India , anak remajanya yang dibesarkan di
Singapore menjadi rada-rada stress dan menjadi pasien tetap psikiater di
sana . Selidik-punya selidik agaknya hal itu disebabkan karena Anaknya Sarukh
tidak bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dari kondisi yang
sangat mapan ( Singapore ) ke kondisi yang sebaliknya ( India ).

Jadi, dalam hal ini, anak si Sarukh yang sudah biasa hidup dalam kemapanan
tidak punya "kemampuan bertahan waras" untuk hidup di negara yang belum
mapan. Demi kebaikan anaknya, akhirnya si Sarukh memutuskan menunda pensiun
dini-nya dan kembali kerja di Singapore . Kalau kita-kita yang sudah biasa
hidup susah di Jakarta , pindah or berkunjung ke India sih nggak ada
masalah.

Saya jadi ingat, 2 tahun lalu ketika saya dan rekan-2 kerja saya berkunjung
ke India , boss saya wanti-wanti untuk: bawa obat sakit perut, dan selama di
India hanya minum-minuman dari botol/kaleng. Kalau ke restoran local jangan
sekali-kali minum air putih yang disediakan dari dari Teko/ceret di restoran
tersbut, karena Kebersihan Airnya tidak terjamin, dan biasanya perut orang
asing tidak siap untuk itu; begitu nasehat boss saya.

Pada waktu itu satu rombongan yang berangkat ke India terdiri dari 5 orang.
Satu orang Jepang, dua orang Singapore dan dua orang Indonesia (termasuk
saya baru sebulan kerja di Singapore ).
Dalam 2 minggu kunjungan ke India, kolega dari Singapore dan Jepang langsung
menderita diare di Minggu pertama ke India, diselidiki, kemungkinan
penyebabnya adalah mereka pernah memesan kopi atau teh di restoran local
pada saat makan siang (yang tentunya tidak dari botol), Sementara si orang
Jepang, walaupun secara ketat dia hanya minum-minuman botol atau kaleng
selama makan di restoran-restoran lokal, terkena diare diduga karena si
orang jepang ini menggunakan air keran dari hotel untuk berkumur-kumur
selama sikat gigi. Sedangkan saya dan satu orang rekan lagi dari Indonesia ,
sehat walafiat tidak menderita suatu apapun selama di sana (mungkin karena
di Indoneisa, sudah terbiasa jajan es dipinggir jalan yang mungkin airnya
tidak lebih bersih dari air di restoran-restoran India )

What is the moral of the story?

Kita harus bangga karena Kita bisa lebih baik dari orang Jepang dan
Singapore !!! ! (at least, dalam hal ketahanan perut).

Cerita lainnya lagi, bulan lalu saya di kirim kantor (yang base-nya di
Singapore ) untuk mengikuti sebuah workshop di Rio de Janeiro Brazil . Total
waktu trempuh saya dari Singapore ke hotel saya di Rio de Janeiro Brazil
adalah 36 jam (termasuk 5 jam transit di Eropa). Sebenarnya, dari Singapore
ke Brazil , jalur yang paling umum dan cepat adalah ke arah Timur, transit
di Amerika, terus ke Brazil . Dengan jalur ini saya perkirakan, dalam 26-30
Jam saya sudah bisa mencapai Brazil . Cuma, karena saya orang Indonesia ,
untuk transit di Amerika pun saya butuh apply VISA Amerika, yang mana proses
aplikasi visa tersebut memerlukan waktu sedikitnya 2 minggu. Padahal, saya
tidak punya waktu sebanyak itu. Alhasil, yah begitulah, saya harus memilih
rute yang sebaliknya, mengeliling belahan bumi bagian barat, transit di
Amsterdam , dengan waktu tempuhnya 6- 10 jam lebih lama. Jadinya, cukup
melelahkan, tapi nggak apa-apa, namanya juga orang
Indonesia , harus terbiasa dengan hal-hal yang susah-susah.

Saya sampai di hotel di Rio , hari minggu jam 11 Malam. Dan keesokan paginya
saya langsung mengikuti workshop di sana . Walaupun masih terasa lelah, saya
tetap berusaha untuk terlibat aktif dalam workshop pagi itu, dengan
mengajukan pertanyaan atau memberi masukan atas pertanyaan peserta lainnya.
Pada saat istirahat, saya sempat berbincang-bincang dengan kolega-kolega
dari Jerman peserta workshop itu. Beberapa dari mereka mengeluh kecapaian
dan menderita "jet lag", karena mereka telah menempuh 12 jam perjalanan dari
Jerman, dan baru saja tiba di Brazil hari minggu siang, sehingga belum cukup
waktu istirahat untuk adaptasi Jet lag, begitu keluh mereka.

Lalu, saya berkata pada mereka, bahwa sebenarnya mereka lebih beruntung dari
saya, karena saya harus menempuh 36 jam perjalanan dari Singapore, dan baru
tiba di hotel pukul sebelas malem, kurang dari 12 jam sebelum workshop
dimulai. Mereka tertegun, salah seorang dari mereka bertanya pada saya:
"Tapi kamu naik pesawat, di kelas Bisnis khan?"
"Tidak, jatah saya Cuma kelas ekonomi", jawab saya lagi. Mereka terlihat
semakin terkagum-kagum (atau kasihan?), dan salah seorang dari mereka
memuji.
"Its very impressive, you guys Singaporean are really-really hard workers"
"I'm not Singaporean, I'm Indonesian working in Singapore " jawab saya
dengan bangga.

Agaknya, hari itu saya menjadi cukup terkenal di kalangan kolega dari
Jerman, hanya karena terbang selama 36 jam dari Singapore 12 jam sebelumnya
dan masih bisa secara aktif mengikuti workshop tersebut. Saya tahu kalau
saya menjadi pembicaraan mereka , karena sewaktu makan malam, kolega dari
jerman lainnya - yang saya tidak pernah ceritakan mengenai perjalanan saya
dari Singapore bertanya pada saya tips and trick supaya bisa tetap segar
setelah menempuh perjalanan begitu lama (ini berarti dia mendapatkan cerita
saya dari kolega jerman lainnya).

Saya bingung jawabnya. Ingin sekali saya menjawab: "Berlatihlah dengan naik
kereta api super ekonomi dari Jakarta ke Surabaya di saat-saat mendekati
hari lebaran. Kalau Anda terbiasa dengan alat transportasi ini- di mana
tidak hanya species "Homo Sapiens" yang bisa menjadi penumpangnya , dan di
tambah lagi waktu tempuhnya yang lama sekali karena hampir di setiap
setasion harus berhenti, maka Anda akan bisa menaklukkan semua alat
transportasi terbang apapun yang di muka bumi ini".

Namun, saya urungkan memberi jawaban di atas, karena saya khawatir dia tidak
akan mengerti atas apa yang saya jelaskan, dan saya yakin mereka tidak bisa
"survive" dengan alat transportasi ini, yang fasilitasnya tentu jauh dari
kelas Bisnis pesawat terbang (Note: kolega saya dari jerman, otomatis
mendapat fasilitas kelas bisnis di pesawat apabila waktu tempuhnya
lebih dari 10 jam).

Seminggu, setelah saya pulang dari Workshop di Brazil, entah karena
terkagum-kagum dengan "kemampuan hidup susah" (dari sudut pandang mereka)
yang saya miliki, atau karena alasan lainnya, kolega saya dari Jerman yang
saya temui di Brazil, menghubungi atasan saya yang intinya meminta saya
untuk ditugaskan ke Jerman, membantu project yang saat ini sedang berjalan
di sana.

Alhasil, bulan September - November saya akan bergabung dengan kolega-kolega
di Jerman menyelesaikan project di sana . Cukup membanggakan, karena, kata
boss saya, ini kali pertama "Kantor Pusat" meminta bantuan dari kantor
cabang untuk mensupport project yang sedang mereka kerjakan di kantor pusat.

Jadi setelah membaca tulisan ini, saya harap pembaca sekalian punya alasan
semakin bangga menjadi orang Indonesia ..

Kalau anda lagi di luar negeri dan ditanya "Anda dari mana?"

Jawablah dengan bangga:

Ya, Saya dari Indonesia ,
Negara yang lagi susah,
Saya juga hidupnya susah
Tapi saya bisa "survive", Dan saya bangga karenanya!!!
Any Problem???

Sekali Merdeka tetap Merdeka!

[tulisan ini hasil karya orang lain, siapa saja di luar dunia cyber sana. saya mencoba menguploadnya ke blog ini supaya bisa jadi bahan wacana bebarengan]

Tuesday, November 14, 2006

Genk Kobra Pentas Lagi








Setahun sudah Genk Kobra tidak naik panggung dan bernyanyi bersama dengan semua komunitas, setahun bergelut dengan berbagai kegiatan GEN-K yang sangat menyita waktu dan fikiran namun kami sangat menikmatinya. hingga tiba rindu saya untuk berkumpul bersama saudara-saudara dan komunitas-komunitas genk kobra.

Tanggal 18 November 2006 (Malam Minggu jam 20.00 WIB)di Taman Kuliner Jogja menjadi awal pementasan Genk Kobra kembali.

Terima Kasih pada teman-teman yang telah mendukung kita selama ini dan Insya Allah akan datang ke Jogja, yaitu :

Komunitas GK Korem Warastratama Solo
Komunitas GK Kopasus Kandang Menjangan
Komunitas GK Paskhas
Komunitas GK UNS Solo
Komunitas GK Solo community (Tipes, Serengan, Kenthingan, Dawung,)
Komunitas GK Sukoharjo
Komunitas GK Sragen
Komunitas GK Klaten
Komunitas GK Jogja (Madukismo, Concat, Banguntapan, Serangan)
Komunitas FRONTLINERS INDOSAT

Pementasan ini dalam rangka launching Taman Kuliner

INDOSAT FRONTLINER’S PARADE #1 di TAMAN KULINER Condongcatur., tepatnya Terminal Concat ke Barat, depan Indosat.
.
Acara ini dimulai tanggal 16 Nov.-19 Nov 2006. dari jam 14.00 – 22.30 WIB.
Bazaar Makanan 14.00 – 21.00 WIB
Penampilan Kesenian Daerah 15.30 – 17.00 WIB
Parade Band 19.00 – 23.00 WIB

Selain Genk Kobra, akan tampil pula : Thousand Land - Sexy Sadie - ZEN - Soul D Vest - Orion - Blueberry - Brama - Hot F - Tabung - Celtic - Daun Sirih - Vitamin - Klussium

Sampai bertemu di Taman Kuliner sambil ngopi di Kedai Depan

Je.  di Pasareyan GEN-K

Friday, November 10, 2006

Javaholic

“A road to an Absolutely Java” - “an alternative cultural Destiny”

Pasal 1 (Ayat ayat Estetis ; A road to an Absolutely Java)

Kekuatan globalisasi dengan watak dasarnya yang massif, universal dan cepat –rapid- namun “kurang dialogis” telah membawa perubahan besar kebudayaan abad 21. Fenomena complek yang sudah berlangsung lama tetapi mengalami percepatan luar biasa pada 50 tahun terakhir yang memungkinkan aliran gagasan, barang, modal dan bahkan manusia, secara besar besaran dengan skala dan kecepatan yang melebihi dekade sebelumnya. Kita harus mengakui sisi positif globalisasi mutaakhir dalam memberikan akses serta inovasi teknologi dalam seni serta media sekaligus memutuskan keterbatasan geografis menjadi masyarakat yang dapat secara mudah berbagai pengalaman lintas benua.
Namun disisi lain agenda globalisasi yang mendorong semangat inklusivitas jagad serta kesetaraan tersebut masih harus dibebani watak lain dari kebudayaan modern yang mengarah pada hegemonisasi cultural oleh mainstream besar terhadap wilayah yang dianggap peripheral. Globalisasi dapat berisikan ancaman alienasi terhadap mereka yang terus dimarginalkan.

Semua bangsa tiba tiba harus berhadapan vis a vis dengan modernitas yang pikun dan menimbulkan banyak pertanyaan dasar serta mendalam bagi tiap individu. Pertanyaan kepada identitas subjek ditengah 4 milyar penduduk dunia. Apa makna kehadirannya ditengah budaya masyarakat dunia –baca- barat. Apakah Globalisasi yang menjadikan dunia sebagai desa-mayantara (global village) memang masih memberikan ruang bagi keragaman. Individu dihadang berbagai sodoran mesin peradaban yang menunutut keseragaman baru as a new world order. Penolakan bermunculan karena berbagai alasan bahkan menjadi sebuah gerakan “Against Globalization Movement”. Hal tersebut diikuti menguatnya tuntutan kepada dunia multi culture yang baru dan penyantun serta menggoda.

Identitas kultural subjek merupakan pilar penting memasuki babak baru globalisasi menuju lokalisasi. Sebuah karsa kreatif yang serius kepada eksistensi subjek dan orbit kedirian budayanya ditengah lautan jagad serba seragam dan massal. Saatnya manusia jawa juga menatap jangka jangkane jagad (baca : globalisasi) dan merenungi kembali takdir kulturalnya. Pesan para pujangga klasik kembali mengingatkan kita pada situasi “wong jawa ilang jawane” dan diikuti revolusi kedalam “wong jawa bali marang asline”. Energi kreatif manusia jawa sajalah yang dapat membantunya keluar dari nestapa dan terus mempertanyakan makna globalisasi serta titik singgungnya dengan budaya lokal.

Apa sebenarnya “asline” orang java, dasar kearifan yang menjadikan subjek sebagai jawa. Pertanyaan dasar yang bukan mengarah pada etnisitas yang mengacu pada geneologi biologis tetapi pada geneologi cultural dan membentuknya kembali dalam identitas kejawaan. Disinilah titik pijak baru untuk kita memulai “wang sinawang” (album Genk Kobra #2) sebagai subjek melihat dirinya dan menatap juntrung-nya kedepan.
……………………..
Wang wang wang wang sawang sinawang
Kaya dan miskin bukan jaminan
Wang wang wang wang sawang sinawang
Benar dan salah bukan ukuran
Wang wang wang wang sawang sinwang
Kalah dan menang keberanian
Wang wang wang wang sawang sinawang
Musibah atau kesempatan

……………….. (album Sithik Eding/ je. elysanto )

Menjadi jawa adalah “ngoyak praja” menghidupkan harkat kedirian (human dignity) bukan menghamba pada bondho (-kepalsuan modernitas-) menegaskan mantra ki lurah semar Bodronoyo “boyo siro harso mardi kamardikan hayuo samar sumingkiring dur kamurkan”. Menjadi java adalah mengalahkan diri sendiri dari penyebab angkara murka lengkap dengan segala ketamakanya. Kearifan jawa sedang diuji ditengah terpaan modernitas dan globalisasi, semua ukuran sudah berubah yang tersisa adalah keberanian menatap realitas dan menerjamahkan selekas mungkin segala musibah dan membedakanya dari kesempatan palsu sebagai manusia ditengah terpaan zaman. Hilangnya nilai nilai lama dan berbagai dorongan perubahan tak jarang membuat grusa grusu rusak tatanan dan ajur mumur negarane karena terpikat janji palsu tak terarah hingga kehilangan pondasi budayanya menjadi ngetan ngulon tak perduli dan sesat di jalanan (Bajigur album sithik edhing #2).

Wolak waliking jaman saiki
Akeh uwong edan dianggep kiai
Soyo edan, sing dho urip bengi
Samsoyo mini jarene seni

Pancen aneh polahe menungso
Akeh dalan padhang, pilih dalan pati
Donya nyoto dho wegah ngugemi,
Pilih dho mikir donya memedi.

Jaman wis akhir, jaman wis akhir bumine goyang
Jaman wis akhir, jaman wis akhir bumine goyang
Akale njungkir, akale njungkir
Pikirane nglambrang

(Lagu Jaman Akhir album Sithik Eding/ je. elysanto)

Jaman wis akhir kini adalah titik awal dimana manusia jawa harus mengakhiri cara-cara lama yang telah melenceng dari nilai-nilai jawa sesungguhnya dikarenakan gesekan arus globalisasi yang bermuara kepada krisis identitas. Kembali kepada nilai-nilai luhur sebuah budaya adiluhung.

Membangun kembali karsa budaya jawa bukan lagi sebagai aktivitas subversif bukan pula bicara kalah menang, ataupun salah benar sebaliknya menjadi suatu tuntutan Etis sebagi subjek mengekspresikan identitas dan memaknainya bagi kehidupan yang bermartabat dan bertujuan. Menangkap élan vitale manusia jawa dan menghadirkannya di tengah dunia kini menjadi tantangan kita bersama.

Pasal 2 (Ayat ayat Etis : an alternative cultural Destiny)

Terminology “java” sudah menjadi istilah popular dalam percaturan dunia dan menjadi nyamikan genit dari merk kopi (java coffe) sampai dunia IT (java script) (?). Bahkan manusia java yang dianggap missing links dari “primata” ke manusia modern sudah maklum bagi siapapun. Konon Zaman pertengahan, Nusantara lebih dikenal di belahan timur dunia sebagai java. Para peziarah Nusantara ke dunia timur selalu disebut sebagai Ulama Jawi hinggapun mereka berdatangan dari semenanjung Thailand dan Malaysia. Bahkan sampai hari ini masyarakat Thailand selatan menganggap dirinya berbahasa jawi walau sepenuhnya adalah bahasa Melayu dengan tulisan pegon Jawi. Tak kurang kitab Tuhfatul Mursalah ditulis sebagai ajwibah li as’ilati ulama jawi (Jawaban atas pertanyaan ulama ulama Jawa sekalipun merupakan problem yang sedang berkembang kala itu di Nangroe Aceh Darussalam).

Menjadikan Java sebagai ikon budaya bukan suatu hal yang “aeng aeng” justru sebaliknya menempatkan javanthropos kembali pada poros eksistensialnya kembali. Mentransformasikan nilai nilai lama budaya jawa kedalam takdir kebudayaanya yang baru dan meretas kembali jalan sejarah java kedepan. Sebuah upaya kongkret perlu dilakukan untuk melakukan kritik cerdas kedalam dan menggali kembali kearifan masa lalu orang jawa. Membangun kembali orang java dari reruntuhannya membutuhkan jawaban dari setiap diri yang tinggal di negeri Ajisaka ini.

Orang java harus memiliki keberanian sebab ini bukan dunia kalah menang tetapi perkara mamangun hayuning bawono membuat dunia semakin indah dan bernilai. Kebudayaan jawa ditengah terpaan globalisasi yang mendrive standardisasi budaya komersial dengan mesin kekuatan pasarnya harus kembali melakukan pemaknaan ulang identitas kulturalnya serta memberikan “grounded sense” bagi kejawaan baru. Upaya sadar harus dilakukan untuk memberikan instrument penting bagi katalisasi proses tersebut menjadi aksi social yang wujud ngejawantah. Menggeser dari semua potensi ke aktus hingga mampu berbagi pengalaman sebagai warga dunia yang setara.

Partisipasi kultural yang aktif yang berdasarkan prinsip kesetaran sebagai warga dunia dan tiadanya klaim antara yang superior dan stigma terhadap yang lain sebagai inferior. Menumbuhkan kesetaraan untuk menghargai keragaman serta melindunginya adalah bagian penting dari sisi lain bio-diversity yang diakui deklarasi United Nation bulan November 2001. (Unesco Universal Declaration of Cultural Diversity)

Article 1 Cultural Diversity :
The common Heritage of Humanity
Culture takes diverse form across time and space This diversity is embodied in the uniqueness and plurality of the identities of the group and societies making up humandkind. As a source of exchange, innovation and creativity, cultural diversity is a necessary for humankind as a biodiversity is for nature. In this sense it is common heritage of humanity and should be recognized and affirmed for the benefit of present and future generations.


Manusia Java harus berani keluar dari kungkungan perangkap kematianya sendiri serta membebaskan dari jebakan globalisasi yang membunyikan watak hegemonistiknya. Globalisasi bahkan ditengarai Francois Fukuyama sebagai eufimisme atas amerikanisasi kebudayaan.

I think that it is, and that why some people do not like it. I think it has to be americanization because in some respect, America is the most andvanced capitalistsociety in the world today, and so its institutions represents the logical development of market forces, Therefore if market forces are what drives globalization, It is inevitable that Americanization will accompany globalization. (The end of History and the last man)

Menerima Java sebagai identitas kultural yang memperkaya Indonesia-Dunia menjadi penting dan merayakanya sebagai keharusan untuk memaknai kembali eksistensi subjek.Lets Celebrate and feel free wityh a javanesse proud…….

Fachrurozi, Bunker Gen.K, Nopember 2006.
Homo javaholicum

Saturday, November 04, 2006

Reminder - Workshop Menulis Skenario

Salam,

bersama ini kami beritahukan bahwa "workshop 4 hari menulis skenario - Gen.K Jogjakarta" telah mencapai 75% kuota dari target 30 orang peserta.
Kami menerima banyak sekali SMS dan Email yang menanyakan detail workshop ini, ini jawaban kami :

Q1. Kapan workshop ini akan diadakan?
A1. tanggal 13-16 nopember 2006, jogjakarta, Ruang kelas Multimedia BLPT Jogjakarta, jam 10-16.00 selama 4 hari berturut-turut.

Q2: Apa manfaat saya ikut workshop ini?
A2: Workshop ini adalah jalan tembus menuju dunia profesional. Tidak sekedar belajar menulis skenario tetapi berkesempatan berlatih bersama menulis skenario yang memenuhi standar idealis dan komersial dan yang terbaik akan dipresentasikan ke televisi dan ph nasional. Anda akan mendapat pengalaman berharga bagaimana menembus jaringan televisi dan PH yang selama ini bak kabut misteri.

Q3: Apakah ada program kesinambungan dari workshop ini?
A3: Ya, karena workshop ini akan membentuk grup penulisan skenario profesional yang berkonsentrasi menembus jalur profesional. Grup ini mempunyai target memproduksi ratusan episode skenario untuk berbagai tayangan televisi nasional.

Q4: Apakah saya mampu mengikuti workshop ini?
A4 : Workshop ini hanya ditujukan bagi teman-teman yang serius menerjuni dunia televisi dan broadcast. Tidak untuk yang sekedar coba-coba atau menjajal menjadi penulis. Karena dalam workshop ini dilakukan sebuah praktek penulisan langsung sebuah rancangan script untuk 2 televisi nasional. Anda harus yakin dan mempunyai bakat untuk ikut workshop ini, kalau hanya setengah-setengah, saran kami, jangan mendaftar!

Q5 : Saya sudah bisa menulis skenario, apakah saya wajib ikut workshop ini?
A5 : Anda tidak wajib ikut workshop ini, kecuali anda ingin masuk kedunia penulisan skenario profesional, workshop ini tidak sekedar memberikan gambaran cara menulis, tetapi sekaligus cara memasarkan tulisan anda.

Q6 : Saya dari luar kota Jogja, saya ingin ikut, bagaimana akomodasinya?
A6 : Panitya workshop hanya merekomendasikan tempat-tempat penginapan bagi peserta workshop. Kami tidak menyediakan kamar atau tempat menginap. Silahkan berjuang mencari akomodasi penginapan bagi anda sendiri.

Q7 : Kapan pendaftaran di tutup?
A7 : Jika peserta telah tercapai 30 orang atau selambat-lambatnya tanggal 10 Nopember 2006.

Q8: Bagaimana saya bisa mendaftar/membayar untuk ikut workshop ini?
A8: Anda bisa transfer ke rekening tahapan Bca sebesar Rp.350.000 ke rekening : Sony Adi S, no rek : 273 137 5749.

Atau anda bisa datang ke Jogja untuk membayar kas ke kantor kami di : PT Indo Barka - Gen.K Communications
Jl. Gatotkoco no 28A , Jeruklegi, Wonocatur, Jogja.

Panitia Workshop Skenario Gen.K
PH: 0274 748 0196
Ph/FaX : 0274 710 2065

SMS/CALL : Sony Set.
0818 936 046

Wednesday, November 01, 2006

[Jogjakarta] - "Workshop 4 Hari - Menulis Skenario Profesional (TV Program)"

[Jogjakarta] - "Workshop 4 Hari - Menulis Skenario Profesional (TV Program)"


"Workshop 4 Hari - Menulis Skenario Profesional (TV Program)"

salam,

Mohon maaf lahir batin, jadikan idul fitri setiap hari.

melanjutkan acara "Workshop penulisan skenario Volcadenzvaganza - VIG, 7 September 2006 UPN Veteran Jogjakarta", kami, komunitas Gen.K Communicator, bermaksud membuat Workshop lanjutan ke arah yang lebih serius dan menuju ke tahap profesional.

Kami melakukan revisi rencana dan menyebutnya dengan "Workshop 4 Hari - Menulis Skenario Profesional (TV Program)", sebuah workshop yang dikemas selama 4 hari dan 5-7 jam setiap harinya secara berturut-turut yang Insya Allah diselenggarakan pada :

Waktu : 13 - 16 Nopemberr 2006
tempat :

kantor Gen.K - Indobarka -
Jalan Gatot kaca no 28 A
Jeruk Legi - Wonocatur Banguntapan Jogjakarta.

Materi Workshop :
Hari 1 : Pengenalan Skenario Dasar, Pengertian Struktur cerita dalam sebuah skenario

Pengertian Scene dan aplikasinya dalam adegan, Pembuatan Skenario pendek.

Hari 2: Pendalaman struktur penulisan Skenario
Pendalaman struktur penulisan skenario drama.

Hari 3 : Pengenalan skenario Sitkom
Tugas Akhir dan pembuatan skenario

Hari 4 : Presentasi dan penjelasan manajemen pemasaran skenario, mengetahui cara membuat network ke PH dan televisi dan cara memasarkan hasil akhir.

Workshop ini ditujukan kepada calon penulis skenario yang mempunyai minat dan bakat dibidang penulisan skenario program televisi. Ditujukan ke setiap orang yang tertarik terjun ke dunia televisi dan ingin mendapatkan penjelasan secara detail bagaimana memasarkan karya skenario dan membuat network ke televisi.

Setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan karya-karya terbaiknya dan mendapatkan penilaian secara profesional. Setiap karya terbaik mendapatkan kesempatan di presentasikan ke televisi-televisi dan ph nasional di Jakarta melalui perwakilan Gen.K atau tatap muka secara langsung dengan para pengambil keputusan (Head Programming TV, Head Creative Production House)

Setiap karya yang terbaik dan memenuhi kualitas industri-profesional akan disalurkan menuju PH dan televisi nasional dan diberikan wadah untuk mengembangkan karir menjadi penulis skenario profesional.

Biaya Workshop : Rp. 350.000 per peserta

Fasilitas : Modul + CD + ikut serta dalam workshop dan pembuatan program televisi profesional yang diadakan Gen.K Communicator.

Pembicara :
- Sony Set, Sutradara program televisi Taiwan dan Indonesia, penulis skenario, penulis buku "Jangan cuma Nonton, jadilah penulis skenario Profesional, Mizan 2005" dan "Jadilah penulis skenario profesional, Grasindo 2003"

- Je Elysanto , Produser, vokalis Genk Kobra, developer Gen.K, Seniman, Video Klip Maker

Bagi yang berminat silahkan hubungi kami secepatnya di

Gen.K Office
0274 748 0196

Jumlah peserta dibatasi 30 orang, pendaftaran ditutup 10 Nopember 2006. Segera hubungi kami secepatnya, dan seriuslah terjun ke dunia penulisan skenario profesional!

Kami Tunggu!


genk communicator - http://genkkobra.blogspot.com